ID Times

situs berita dan bacaan harian

Bayang-Bayang di Dinding

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hutan lebat dan pegunungan, hiduplah seorang pemuda bernama Ardi. Ardi adalah tipe orang yang introvert, lebih suka menghabiskan waktu di rumah daripada berinteraksi dengan orang lain. Rumahnya yang sederhana terletak di tepi hutan, dindingnya terbuat dari kayu tua yang sudah dimakan usia.

Suatu malam, ketika hujan deras mengguyur desa, Ardi duduk di ruang tamu yang remang-remang. Lilin yang menyala di atas meja memberikan cahaya kuning hangat. Di seberang dinding, bayang-bayangnya menari-nari seiring dengan gerakan lilin yang berkedip. Namun, malam itu, ada sesuatu yang aneh. Bayang-bayang di dinding tidak hanya menampilkan sosok Ardi, tetapi juga sosok lain yang tidak bisa ia kenali.

Rasa penasaran menggantikan ketakutannya. Ardi memperhatikan dengan seksama. Bayang-bayang itu tampak memiliki bentuk tubuh yang ramping, dengan tangan yang melambai-lambai seolah memanggilnya. Ardi berusaha mengalihkan pandangannya, tetapi bayang-bayang itu malah semakin jelas, seolah mencoba berkomunikasi.

“Siapa kau?” Tanyanya pelan. Suara gemerisik di luar menambah suasana mencekam. Bayang-bayang itu hanya tersenyum, namun sosoknya semakin mendekat ke tepi dinding.

Dengan nekat, Ardi berdiri dan mendekati dinding. Ketika ia mengulurkan tangan, bayang-bayang itu tampak bergetar, seolah merespon kehadirannya. Tiba-tiba, ia teringat akan legenda desa yang selalu didengarnya dari neneknya. Konon, dinding rumah yang menghadap ke hutan akan memunculkan bayang-bayang dari jiwa-jiwa yang tidak tenang. Mereka mencari seseorang untuk mendengarkan kisah mereka.

Ardi merasakan ketakutan yang aneh. Namun, rasa kesepian yang selalu menyertai hidupnya mendorongnya untuk berbicara. “Apa yang kau inginkan?”

Bayang-bayang itu mengangkat tangannya, dan seakan-akan mulai menceritakan kisahnya. Dalam kilatan ingatan, Ardi melihat gambaran seorang wanita dengan gaun putih, bermata lembut dan senyum manis. Dia adalah Riana—seorang penduduk desa yang hilang di hutan puluhan tahun yang lalu. Riana ingin agar kisahnya dikenang, agar orang-orang tahu bahwa dia pernah hidup dan dicintai.

Seminggu berlalu, dan setiap malam bayang-bayang itu kembali. Ardi menjadi teman setia Riana, mendengarkan cerita-cerita masa lalunya. Dalam proses itu, ia menemukan kehangatan persahabatan yang selama ini hilang. Dengan setiap cerita yang didengar, Ardi merasa lebih terhubung dengan dunia luar, seolah bayang-bayang Riana membawanya keluar dari kesendirian.

Suatu malam, ketika Ardi mengucapkan selamat tinggal, bayang-bayang itu menghilang, meninggalkan dinding yang kembali hening. Namun di dalam hati Ardi, ada benih persahabatan yang dapat tumbuh selamanya. Tanpa sadar, bayang-bayang di dinding telah mengubah hidupnya—membuatnya mengerti bahwa kadang-kadang, hal yang paling tidak biasa dapat membawa kita ke tempat yang kita butuhkan.

**Deskripsi Gambar:**

Sebuah suasana malam di dalam rumah kayu tua dengan dinding yang gelap. Di tengah gambar, lilin menyala di meja, menciptakan bayang-bayang yang bergetar di dinding. Bayang-bayang Ardi terlihat jelas, sementara di sampingnya, ada bayang-bayang samar dari sosok wanita dengan gaun putih, mata lembut, dan senyum hangat. Hujan terlihat dari jendela, menambah nuansa misterius namun hangat di dalam ruangan.

**Judul: Bayang-Bayang di Dinding**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *