Malam di Toko Buku Tua
August 15, 2024
Di suatu malam yang tenang, di sudut kota yang sering dilupakan, terdapat sebuah toko buku tua bernama “Sastra Abadi.” Bangunan ini berdiri anggun dengan cat dinding berwarna hijau tua yang mulai mengelupas. Pintu kayunya berderit pelan setiap kali ada pengunjung yang masuk. Lampu-lampu redup memberi kesan misterius, menciptakan suasana magis di dalamnya.
Malam itu, Maya, seorang mahasiswi sastra yang gemar menjelajahi dunia buku, memutuskan untuk mengunjungi toko itu setelah mendengar kabar tentang buku-buku langka yang bisa ditemukan di sana. Dengan langkah cepat, ia membuka pintu dan aroma kertas tua serta kayu mengundangnya masuk ke dalam dunia baru.
Maya mengamati rak-rak yang menjulang tinggi, menyimpan segudang kisah yang tak terhitung. Dari sudut toko, ia melihat seorang pria tua dengan janggut putih dan kacamata tebal, tengah duduk di belakang meja kayu. “Selamat datang, Nak,” sapa pria itu dengan suara serak namun hangat.
“Terima kasih, Pak. Saya mencari buku tentang puisi klasik,” jawab Maya, matanya bersinar penuh antusiasme. Sang pria tua, yang ternyata pemilik toko bernama Pak Rudi, menunjuk pada sebuah rak di sebelah kiri. “Ada koleksi yang menarik di sana.”
Maya berjalan menuju rak tersebut, meraba buku-buku yang berdebu. Ia menemukan sebuah buku usang dengan sampul kulit berwarna coklat, berjudul “Puisi Abadi”. Saat ia membuka halaman pertama, tiba-tiba sebuah cahaya terpancar dari dalam buku itu. Maya terkejut, dan sebelum ia bisa bereaksi, halaman-halaman buku mulai berputar, membawanya ke dunia yang berbeda.
Ia mendapati dirinya berada di sebuah taman yang indah, penuh bunga berwarna-warni dan suara burung bernyanyi. Di tengah taman, seorang penyair tampan dengan jubah putih berkilau sedang berdiri, membacakan puisinya. Maya terpaku, seolah dirasuki oleh keindahan kata-katanya. Segala kesedihan dan kebahagiaan terasa mengalir dalam dirinya, membuatnya ingin mendengarkan lebih banyak lagi.
Namun, seiring waktu berlalu, Maya teringat akan tempatnya di toko buku. Ia merasa harus kembali. Dalam hatinya, ia berjanji untuk mengunjungi taman itu lagi. Seketika, cahaya kembali menyelimuti tubuhnya, dan ia menemukan diri berada di depan rak buku lagi.
“Apakah kau menikmati perjalanannya?” tanya Pak Rudi sambil tersenyum. Maya hanya bisa mengangguk dengan mata yang bersinar penuh semangat. “Toko ini memiliki cara tersendiri untuk menyampaikan cerita,” lanjut Pak Rudi. “Setiap buku adalah pintu menuju dunia baru.”
Maya pun membeli buku tersebut, tidak sabar untuk kembali ke petualangan selanjutnya. Ketika ia melangkah keluar, rasa syukur mengalir dalam hatinya. Malam di Toko Buku Tua bukan hanya sekadar pengalaman berbelanja, tetapi merupakan pembuka jendela menuju dunia yang tak terbatas.
**Deskripsi Gambar:**
Ilustrasi malam di sebuah toko buku tua yang nyaman, dengan rak-rak buku yang menjulang tinggi, lampu-lampu kecil berpendar hangat, dan seorang gadis muda berdiri di tengah ruangan sambil memegang sebuah buku tua dengan wajah terpesona. Di sudut, terlihat seorang pria tua dengan kacamata, tersenyum dengan bijak, menciptakan suasana magis yang menyelimuti tempat tersebut.