ID Times

situs berita dan bacaan harian

Gema dari Batas Terakhir

Di sebuah desa kecil yang terletak di ujung dunia, di mana cakrawala bertabrakan dengan lautan, hiduplah seorang pemuda bernama Raka. Raka dikenal sebagai pemahat kayu yang berbakat, tangan kanannya selalu penuh dengan serutan-serutan kayu yang sederhana, tetapi indah. Namun, di balik pekerjaan sehari-harinya, Raka menyimpan satu rahasia besar: ia adalah satu-satunya yang mampu mendengar gema dari batas terakhir.

Saat senja tiba dan matahari tenggelam di balik laut, Raka akan pergi ke pantai. Di sana, ia berdiri di tepi air, memperhatikan ombak yang pecah, dan menunggu suara-suara misterius yang terdengar hanya oleh telinganya. Suara itu, ia sebut “gema”, berasal dari tempat yang jauh, melampaui batas-batas dunia yang dikenal. Gema itu membimbingnya, menceritakan kisah-kisah dari tempat-tempat yang belum pernah ia kunjungi.

Suatu malam, ketika bulan bersinar penuh, Raka mendengar gema yang paling keras. Suara itu menggema dengan sangat jelas, dan melintas mengisi udara malam. “Temukan kami,” katanya. “Kami menunggu di kutub utara.” Raka yang gelisah memutuskan untuk mengikuti petunjuk itu. Ia mulai mempersiapkan keberangkatannya dengan membuat perahu dari kayu terbaik dan membekali diri dengan ketahanan dan keberanian.

Perjalanan menuju kutub utara tidaklah mudah. Raka melawan badai salju yang menerpa, es yang justru ingin menenggelamkannya, dan rasa dingin yang menggigit. Namun, gema itu terus memandu langkahnya, memberi kekuatan saat ia mulai merasa putus asa.

Akhirnya, setelah berhari-hari berjuang, Raka mencapai tempat yang dingin dan sunyi di kutub utara. Di sana, ia berdiri di atas es yang bersinar, menunggu. Dan, tepat pada saat itu, ia melihat sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan. Cahaya berwarna-warni menyerupai aurora borealis menjari langit, seakan menari mengikuti irama gemanya. Dalam kilauan itu, Raka melihat makhluk-makhluk dari batas terakhir, dikelilingi oleh cahaya dan suara yang merdu.

Mereka menyampaikan pesan kepada Raka. “Kami adalah penjaga keseimbangan, dan kami memilihmu sebagai suara kami. Sebarkan cerita kami ke seluruh dunia, agar semua orang tahu bahwa kami ada dan berjuang untuk melindungi yang terlupakan.”

Raka kembali ke desa dengan hati yang penuh. Ia mulai berkarya, memahat kayu dengan cerita dari batas terakhir yang diceritakan kepadanya. Karya-karyanya tak hanya menjadi hiasan, tetapi juga alat untuk menyampaikan pesan.

Setiap kali seseorang melihat karyanya, mereka mendengar gema yang sama yang pernah didengar Raka. Dengan itu, rasa cinta dan kesadaran untuk menjaga bumi mulai tumbuh di hati setiap orang. Gema dari batas terakhir tidak hanya menggema di telinga Raka, tetapi juga menyebar ke seluruh penjuru dunia.

**Deskripsi Gambar untuk Artikel:**
Gambar yang menyertai artikel ini adalah pemandangan memukau dari tepi pantai saat senja. Ombak berwarna perak bercahaya di bawah cahaya matahari yang berwarna merah dan jingga. Di sebelah kiri, terlihat sosok Raka yang sedang berdiri dengan tenang, memandang ke arah lautan. Di kejauhan, terlihat cahaya menari-nari di langit, menyerupai aurora borealis, dengan warna hijau dan ungu yang memantulkan keindahan alam yang magis dan misterius.

**Cerita Pendek: Gema dari Batas Terakhir**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *