ID Times

situs berita dan bacaan harian

Kerbau yang Takut Air

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh sawah hijau dan aliran sungai yang jernih, tinggal seekor kerbau bernama Beni. Beni adalah seekor kerbau yang kuat dan besar, tetapi dia memiliki satu kelemahan yang cukup unik: Beni sangat takut air. Setiap kali hujan mulai turun atau ketika pemiliknya, Pak Jono, mengarahkan dia ke sungai untuk mandi, Beni selalu menolak untuk mendekat.

Pak Jono, pemilik Beni, sering kali merasa kebingungan dengan ketakutan Beni terhadap air. Setiap kali ia berusaha membawanya ke sungai, kerbau itu menarik-narik tali kekangnya, menggeram, dan kadang-kadang sampai berlari menjauh dengan cepat. “Sudahlah Beni, air itu baik untukmu,” ujar Pak Jono dengan sabar. Namun, Beni seolah tidak mengerti.

Suatu ketika, ketika musim kemarau tiba, keadaan di desa mulai sulit. Air dari sumur-sumur mulai mengering, dan sawah yang sebelumnya hijau bertransformasi menjadi tanah yang retak. Pak Jono tahu bahwa jika tidak ada perubahan, seluruh tanaman padi mereka akan mati. Dalam keluh kesahnya, ia berkata, “Beni, kita harus pergi ke sungai. Kita perlu air untuk menyiram tanaman.”

Namun, Beni sekali lagi menolak. “Baiklah, Beni,” ucap Pak Jono lelah. “Aku akan mencoba cara lain.” Ia pun mencoba menggunakan ember kecil untuk mengambil air dari sungai dan membawanya pulang. Tetapi air dari sungai tidak cukup untuk menyiram seluruh sawah. Keadaan semakin mendesak ketika Pak Jono mendengar kabar bahwa di desa sebelah, sungai sudah mulai meluap dan membentuk genangan besar.

## Dalam Perebutan Air

Suatu pagi, saat Pak Jono berjalan menuju sawah, ia melihat beberapa kerbau lain yang biasanya bertenaga sedang terlihat lemah. Mereka tidak punya cukup air dan makanan. Pak Jono mulai khawatir dengan kondisi Beni yang juga tak mau mendekat ke sungai.

Lalu, saat Pak Jono melihat Beni berdiri di tepi sungai, tanpa ada tali kekang, dia bisa merasakan ketakutan di wajah kerbaunya. Hati Pak Jono tergerak. “Beni, air bukanlah musuhmu. Air itu akan menyelamatkan kita. Mari kita cobalah.”

Dia kemudian mengingat betapa kerbau sangat menyukai rumput segar. Dalam pikirannya, ia muncul dengan ide untuk menarik Beni mendekati air menggunakan rumput hijau kesukaan Beni. Pak Jono mengambil beberapa pogo rumput, dan sambil melangkah perlahan, ia menjatuhkannya di semak-semak yang tidak jauh dari aliran sungai.

Awalnya, Beni masih ragu. Dia tetap berada di tempatnya, mengamati sinar matahari yang terpancar di permukaan sungai. Namun, bau rumput segar itu memikatnya. Dengan langkah hati-hati, Beni mulai merayap mendekat. Dia mencium bau rumput itu semakin dekat, dan akhirnya, tanpa pikir panjang, dia melangkahkan kaki ke kepala air.

Keberanian Beni semakin tumbuh ketika dia sampai di tepi sungai. Dengan cepat, Beni menyantap rumput segar yang tumbuh di pinggir, dan saat itu Pak Jono segera mengambil kesempatan itu untuk membimbing Beni lebih dekat lagi ke air.

Namun, ketika air menjilat kaki Beni, dia kembali terloncat mundur. Suara gemercik air membuatnya ketakutan. “Beni, dengarkan aku! Air ini baik! Jika kau bisa mendekat, kita bisa mendapatkan begitu banyak air untuk menyiram sawah kita,” ucap Pak Jono dengan semangat.

Namun, ketakutan yang mendalam membuat Beni tidak dapat melawan dorongan instinktifnya untuk melarikan diri. Dia berputar dan siap untuk kembali ke arah kandang.

## Awak yang Sensitif

Hampa, Pak Jono memandang Beni yang berlari menjauh. Ia merasa putus asa. Mengikuti Beni, dia berusaha menenangkannya. Dalam perjalanan kembali ke kandang, ia terus-menerus memikirkan cara lain untuk membujuk kerbaunya itu. Hari-hari berlalu, dan masalah kelangkaan air makin mendesak.

Di saat genting semacam itu, Beni melihat kerbau betina lainnya yang biasa bergaul dengannya. Namanya Lila. Lila tidak pernah takut untuk bermain air, dan dia sepertinya sangat menikmati menjelajah sungai. Lila didekati dan Beni merasa tenang melihatnya.

Tanpa disadarai Beni, Lila mulai mengajak dan bermain di tepi sungai. “Ayo, Beni! Air ini menyenangkan! Rasakan betapa segarnya!” serunya. Agak kaget, dia memperhatikan gerakannya yang ceria dan berani. Rasa ingin tahunya mulai muncul, membuatnya sedikit lebih berani.

Dengan sikap Lila yang bersemangat, Beni merasa tergerak untuk mencoba. Dia mendekat lagi, dan kali ini, Beni berani menyentuh air itu. Suatu perasaan yang sama sekali baru mengalir di tubuhnya. “Hmm, ini rasanya… enak!” pikirnya.

## Pembelajaran

Sejak saat itu, Beni mulai terbiasa dengan air. Dengan bimbingan Pak Jono dan dukungan Lila, Beni belajar untuk tidak takut dan akhirnya menemukan bahwa air adalah bagian penting dari kehidupannya sebagai kerbau. Mereka mulai membuat rutinitas harian untuk bermain di sungai, membersihkan diri dari debu sawah, dan air yang selama ini ditakuti, kini menjadi teman baik.

Ketika datang musim hujan, Beni tidak hanya membantu di ladang, tetapi juga bebas bermain dalam hujan sambil merenungkan perubahannya. Dia sudah tidak takut lagi dan merasa lebih segar dari sebelumnya.

Pak Jono, yang menyaksikan semua perkembangan itu, sangat bangga pada Beni. “Lihatlah, Beni, kau telah melakukan hal yang hebat! Kau telah mengalahkan ketakutanmu! Sekarang kita bisa bekerjasama lebih baik!” teriak Pak Jono menggembirakan.

Desa kecil itu pun selamat dari kekeringan, berkah air mengalir dari sungai membawa kelegaan bagi para petani. Hasil panen pun melimpah, dan kehadiran Beni yang berani membuat banyak petani di desa tersebut kagum.

Lila dan Beni pun semakin dekat. Persahabatan mereka semakin kuat, dan mereka tidak hanya berteman di dekat ladang. Mereka menghabiskan waktu di sungai, menjelajahi petualangan baru, dan Beni menyadari bahwa tidak semua yang dia takuti itu adalah buruk.

Dari ketakutan akan air, Beni menemukan kekuatan dalam diri sendiri—bahwa ketakutan adalah bagian dari perjalanan belajar. Dan di setiap detik matahari terbenam, saat Beni berlari di tepi sungai sambil bermain dengan air, dia tidak lagi merasa bodoh; sebaliknya, dia merayakan keberaniannya dengan penuh cinta.

### Gambar Ilustrasi:
*Deskripsi Gambar: Sebuah ilustrasi menampilkan seekor kerbau besar berwarna hitam mesra bermain di tepi sungai. Di latar belakang, terlihat petani tua (Pak Jono) dengan senyum bangga mengamati kerbaunya dari kejauhan, sementara seekor kerbau betina (Lila) tampak ceria melangkah memasuki air yang jernih, diiringi dengan pemandangan sawah hijau yang subur di sekelilingnya.*

### Kerbau yang Takut Air

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *