ID Times

situs berita dan bacaan harian

Alien yang Mencari Rumah

Di suatu galaksi yang jauh, di antara rasi bintang yang bersinar terang, hiduplah makhluk asing bernama Zephyr. Ia berasal dari planet Lyra, sebuah dunia yang dikelilingi oleh lautan gas berwarna ungu dan pepohonan yang berbunyi melodi lembut ketika angin bertiup. Namun, meski keindahan planetnya, Zephyr merasakan sebuah kekosongan di dalam hatinya. Satu hal yang menjadi keinginan terbesarnya: menemukan rumah sejatinya.

Zephyr adalah alien berwujud mirip manusia, dengan kulit berwarna biru yang berkilau dan mata besar seperti bintang yang bersinar. Sejak kecil, ia sering mendengar cerita dari nenek moyangnya tentang tempat-tempat lain di alam semesta yang jauh lebih megah dan menawan daripada Lyra. Cerita-cerita itu membuatnya bersemangat untuk berpetualang dan menjelajahi tempat yang belum pernah dilihatnya.

Suatu malam yang tenang, Zephyr memutuskan bahwa sudah saatnya untuk berangkat. Ia mengemas alat-alatnya ke dalam kapal luar angkasanya, Nimbus, sebuah pesawat berbentuk oval yang dapat bergerak dengan cepat melawan gravitasi. Dengan rasa cinta dan harapan, ia meluncur ke luar angkasa, menembus nebula berwarna-warni dan bintang yang berkilauan.

Petualangannya membawanya ke berbagai planet. Di satu planet yang bernama Terra, ia menemukan kehidupan yang beragam. Ia melihat bagaimana manusia hidup dalam rumah-rumah indah yang dikelilingi oleh taman. Namun, walaupun manusia hidup berdampingan dengan alam, Zephyr merasa ada sesuatu yang hilang. Ia menyaksikan manusia bergegas dengan aktivitas harian mereka, tetapi tidak ada satu pun yang melihat ke langit atau menghargai keindahan di sekitar mereka.

Selama di Terra, Zephyr menyamar sebagai manusia. Ia menggunakan alat yang diciptakannya untuk mengubah penampilannya. Dengan menggunakan nama Sam, ia berteman dengan seorang gadis bernama Maya. Maya adalah gadis ceria yang penuh rasa ingin tahu. Mereka menjelajahi hutan bersama, berbagi cerita tentang impian dan harapan mereka.

Suatu malam, di bawah cahaya rembulan, Maya bertanya kepada Sam, “Apa impian terbesarmu?”

Zephyr tidak bisa menahan senyumnya. “Aku ingin menemukan rumah sejati.”

Maya mengangguk. “Rumah? Bagi saya, rumah adalah tempat di mana kita merasa diterima, di mana kita bisa menjadi diri kita sendiri.”

Kata-kata Maya menciptakan getaran di dalam hati Zephyr. Mungkin ia sudah berada di tempat yang tepat, tetapi seiring waktu berlalu, Zephyr menyadari bahwa meskipun ia dicintai dan diterima oleh Maya, ia tidak sepenuhnya menjadi dirinya sendiri. Dalam kesehariannya, ada sisi dari dirinya yang tak bisa diperlihatkan—ia bukan manusia.

Setelah beberapa minggu, Zephyr mengucapkan selamat tinggal kepada Maya dan kembali ke Nimbus. Ia melanjutkan penjelajahannya ke planet lain. Di planet Aeris, ia merasakan ketinggian luar biasa. Planet ini dihuni oleh makhluk bersayap yang mampu terbang bebas di sekitar awan. Namun, mereka terlalu sibuk dengan terbang dan berburu mangsa, sehingga tidak pernah berbicara satu sama lain. Zephyr merasa terasing di antara mereka.

Dalam perjalanan selanjutnya, ia tiba di planet yang lebih asing, bernama Solara. Di sana, waktunya terbuang sia-sia melihat perkelahian antar kelompok. Semua makhluk di Solara berjuang untuk memperoleh sumber daya yang terbatas. Melihat hawa permusuhan, Zephyr merasa tidak mungkin untuk tinggal di tempat seperti itu—ia mencari kedamaian, bukan konflik.

Setelah melewati beberapa galaksi, Zephyr mendarat di planet terakhir yang memangsa rasa penasarannya, planet Kalia. Planet ini dikelilingi hamparan lautan dan pulau-pulau kecil yang menghijau. Di Kalia, ia bertemu dengan sekelompok makhluk berbentuk bulat dengan warna-warni cerah dan suara yang mengalun lembut. Mereka menyambut Zephyr dengan tangan terbuka dan mengajaknya bergabung dalam tarian mereka. Momen itu membuatnya merasa hangat di dalam hati.

Zephyr ikut serta dalam kebahagiaan mereka, hingga suatu saat mereka menceritakan tentang “Rumah Bulan”, sebuah tempat sakral di Kalia di mana semua makhluk berkumpul untuk berbagi cerita dan mimpi. Bahkan, rumah itu juga bisa membuat impian mereka terlaksana jika mereka benar-benar percaya.

Tanpa ragu, Zephyr mengikuti petunjuk menuju Rumah Bulan, sebuah bangunan megah yang berkilau di bawah sinar bulan purnama. Saat ia melangkah masuk, gelombang energi positif menyapa, memeluknya dengan kehangatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Di dalam Rumah Bulan, ia melihat makhluk-makhluk dari berbagai latar belakang, berbagi cerita dan tawa.

Ketika gilirannya untuk bercerita tiba, dia menceritakan tentang petualangannya, tentang pencariannya akan casa, tentang semua tempat yang telah dijelajahi dan orang-orang yang ia temui. Di akhir ceritanya, dia mengungkapkan kerinduan hatinya untuk menemukan rumah sejatinya.

“Apakah rumah bisa ditemukan di luar diri kita?” tanyanya, matanya mengelilingi ruangan.

Salah satu makhluk berbulu merah berbicara, “Rumah bukan hanya fisik. Ia juga tempat di mana jiwa kita merasa tenang. Mungkin, rumah selama ini ada di dalam dirimu, Zephyr.”

Percikan pemahaman menyala di benak Zephyr. Dia menyadari bahwa selama ini ia tidak hanya mencari sebuah tempat, tetapi sebuah perasaan. Sejak ia meninggalkan Lyra, sebenarnya ia membawa rumah itu bersamanya—dalam hatinya.

Dengan hati yang baru, Zephyr keluar dari Rumah Bulan dan berdiri di tepi pantai, menatap gelombang laut yang berkilau. Dia tersenyum. Mungkin ia tidak akan menemukan rumah pasti di satu tempat, tetapi ia telah mengumpulkan pengalaman, teman, dan pelajaran dari setiap petualangan yang membuatnya merasa hidup—itulah rumah yang sebenarnya.

Dengan harapan baru, Zephyr memutuskan untuk kembali ke Lyra, bukan dengan pintu kekosongan, tetapi dengan jiwa yang kaya akan pengalaman. Saat ia menerbangkan Nimbus kembali, cahaya bintang-bintang tampak lebih cerah dari sebelumnya. Ia tahu ia telah menemukan rumahnya, bukan di tempat, tetapi di setiap pengalaman yang telah mengubahnya.

Dengan pelajaran tersebut, Zephyr berjanji untuk selalu menghargai perjalanan hidupnya dan membawa pesan keindahan, cinta, dan pengertian di mana pun ia berada. Ini adalah rumah sejati bagi setiap makhluk, terlepas dari galaksi mana mereka berasal—sebuah tempat di mana hati kita bisa terhubung dengan harmonis, di mana kita bisa menjadi diri kita sendiri.

**Deskripsi Gambar:**
Ilustrasi menampilkan alien bernama Zephyr yang berdiri di tepi laut di planet Kalia saat malam hari. Ada cahaya bulan purnama yang menerangi wajahnya, serta latar belakang yang dihiasi dengan lautan yang tenang dan pulau-pulau kecil yang menghijau. Figure alien tersebut terlihat bersemangat dan damai, mencerminkan perjalanan panjangnya dalam mencari rumah sejati.

**Judul: Alien yang Mencari Rumah**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *