Cahaya dalam Kabut – bab 1
August 23, 2024
Bab 1: Asal Usul
Desa Sumiring, sebuah desa terpencil yang tersembunyi di balik pegunungan yang menjulang tinggi, terkenal dengan kabut tebal yang hampir selalu menyelimutinya. Kabut itu tidak hanya sekadar fenomena alam, tetapi telah menjadi bagian dari identitas desa. Orang-orang yang tinggal di sana telah terbiasa hidup dengan kabut, begitu tebal hingga tak jarang jarak pandang mereka hanya beberapa meter di depan. Mereka bahkan menganggap kabut itu sebagai sesuatu yang magis, meski tidak ada yang tahu pasti apa yang menyebabkan kabut itu begitu sering muncul.
Di antara semua penduduk desa, ada seorang pemuda bernama Aditya yang berbeda dari yang lainnya. Sejak kecil, Aditya memiliki kemampuan yang tak dimiliki oleh orang lain: dia bisa melihat cahaya aneh di dalam kabut. Cahaya itu tidak bersinar terang, tetapi berpendar lembut, seperti kunang-kunang yang berkelap-kelip di malam hari. Namun, tidak ada seorang pun yang bisa melihat cahaya itu selain Aditya.
Pada usia tujuh tahun, Aditya pertama kali menyadari keberadaan cahaya tersebut. Saat itu, ia sedang bermain di tepi hutan yang berada di batas desa, ketika kabut tebal mulai turun dengan cepat, menutupi segala sesuatu di sekelilingnya. Aditya yang terpisah dari teman-temannya, merasa takut dan kebingungan. Ia berteriak memanggil teman-temannya, tetapi tidak ada yang menjawab. Kabut semakin menebal, dan Aditya hanya bisa melihat putihnya kabut di segala arah.
Namun, di tengah ketakutan itu, tiba-tiba ia melihat sesuatu yang aneh. Di dalam kabut yang tebal, ada cahaya kecil berwarna keemasan yang berpendar lembut, seperti sebatang lilin yang menyala di kejauhan. Cahaya itu perlahan-lahan mendekat ke arah Aditya, bergerak tanpa suara, dan seakan-akan memanggilnya. Rasa takutnya perlahan berubah menjadi rasa penasaran. Dengan langkah perlahan, Aditya mulai mengikuti cahaya itu. Cahaya tersebut terus bergerak, menuntunnya kembali ke arah desa, melewati jalan setapak yang samar terlihat di balik kabut.
Saat Aditya akhirnya keluar dari kabut dan tiba di desa, cahaya itu perlahan memudar dan menghilang begitu saja. Tidak ada yang percaya ketika Aditya menceritakan apa yang dialaminya. Orang-orang desa hanya menganggapnya sebagai khayalan seorang anak kecil yang ketakutan. Namun, bagi Aditya, kejadian itu terasa begitu nyata. Sejak saat itu, Aditya sering kali melihat cahaya yang sama muncul di dalam kabut, terutama saat kabut sedang sangat tebal. Cahaya itu selalu muncul tiba-tiba dan menghilang begitu saja tanpa jejak, seperti bayangan yang sulit untuk dijelaskan.
Tahun demi tahun berlalu, dan Aditya tumbuh menjadi seorang pemuda yang cerdas dan mandiri. Namun, ia tetap merahasiakan kemampuannya melihat cahaya aneh di dalam kabut. Ia sadar bahwa orang-orang di desanya tidak akan pernah mengerti, dan mungkin hanya akan menganggapnya gila. Meskipun demikian, Aditya terus merasa bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar cahaya biasa. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik kabut, sesuatu yang hanya bisa dilihat olehnya.
Suatu hari, ketika Aditya berusia 18 tahun, sebuah peristiwa aneh terjadi di desa Sumiring. Kabut yang biasanya hanya muncul di pagi dan sore hari, tiba-tiba turun dengan sangat tebal di tengah siang bolong. Kabut itu begitu tebal hingga menutupi langit dan membuat desa tampak seperti berada di bawah bayangan kelabu. Para penduduk desa yang biasanya tidak terlalu khawatir dengan kabut, kali ini merasa ada sesuatu yang tidak beres. Mereka berkumpul di alun-alun desa, saling berbisik-bisik dengan cemas.
Aditya yang juga berada di sana, merasakan sesuatu yang berbeda dari biasanya. Cahaya yang biasanya ia lihat di dalam kabut kini tampak lebih terang dan lebih banyak dari sebelumnya. Tidak hanya satu, tetapi ada puluhan cahaya yang berpendar di sekelilingnya. Cahaya-cahaya itu berputar-putar, bergerak dengan cepat seperti sedang membentuk pola tertentu. Aditya merasa ada sesuatu yang penting sedang terjadi, dan ia merasa harus mencari tahu.
Tanpa berpikir panjang, Aditya memutuskan untuk mengikuti salah satu cahaya yang tampak lebih besar dan lebih terang daripada yang lainnya. Cahaya itu bergerak cepat, menuntunnya keluar dari desa dan menuju ke arah hutan di mana ia pertama kali melihat cahaya tersebut ketika masih kecil. Aditya merasa seolah-olah cahaya itu memanggilnya, menuntunnya menuju sesuatu yang belum pernah ia temui sebelumnya.
Perjalanan Aditya menembus hutan yang diselimuti kabut terasa begitu asing. Pohon-pohon yang biasanya dikenalnya dengan baik kini tampak berbeda, seolah-olah hutan itu telah berubah menjadi labirin misterius. Namun, cahaya itu terus memimpin jalannya, dan Aditya mengikuti tanpa ragu. Langkah-langkah kakinya terhenti ketika ia tiba di sebuah bukit kecil yang ditumbuhi tanaman liar. Di puncak bukit itu, cahaya besar yang ia ikuti berhenti dan mulai bersinar lebih terang, hampir menyilaukan mata.
Aditya mendekati cahaya itu dengan hati-hati. Saat ia menyentuh cahaya itu dengan tangannya, tiba-tiba muncul kilatan cahaya yang begitu terang hingga membuatnya menutup mata. Kilatan itu diikuti oleh suara gemuruh yang menggema di seluruh hutan. Aditya merasakan tanah di bawah kakinya bergetar, seolah-olah ada kekuatan besar yang sedang bangkit dari dalam bumi. Ia membuka matanya perlahan dan melihat sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Di hadapannya, di tengah-tengah bukit, muncul sebuah pintu besar yang terbuat dari batu hitam dengan ukiran-ukiran aneh di permukaannya. Pintu itu tampak kuno, seolah telah ada di sana selama ribuan tahun, tersembunyi di balik kabut dan hanya menunggu seseorang untuk menemukannya. Cahaya yang tadi dipandu oleh Aditya kini menghilang, menyatu dengan pintu batu itu, meninggalkan Aditya sendirian di depan pintu misterius.
Dengan jantung yang berdebar kencang, Aditya mendekati pintu batu itu. Ia merasakan energi yang kuat mengalir dari pintu tersebut, seolah-olah ada sesuatu yang sangat kuat tersembunyi di baliknya. Tiba-tiba, ukiran di pintu batu itu mulai bersinar, membentuk pola-pola yang tak dikenalnya. Suara gemuruh kembali terdengar, dan perlahan pintu batu itu mulai terbuka dengan sendirinya, mengungkapkan kegelapan di baliknya.
Aditya berdiri di ambang pintu, merasakan angin dingin yang keluar dari dalam pintu itu, membawa aroma yang asing dan misterius. Ia merasa ada sesuatu yang memanggilnya dari dalam kegelapan, sesuatu yang selama ini tersembunyi di balik kabut. Dengan langkah hati-hati, Aditya melangkah masuk ke dalam pintu batu itu, meninggalkan dunia yang ia kenal di belakangnya, dan memasuki dunia baru yang penuh dengan misteri dan bahaya.
Begitu ia melewati pintu itu, pintu batu di belakangnya tertutup dengan sendirinya, menyisakan Aditya sendirian di dalam kegelapan. Namun, di dalam kegelapan itu, ada cahaya kecil yang kembali muncul, menuntun langkahnya ke arah yang tak ia ketahui. Aditya tahu bahwa ia telah memasuki sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan. Petualangannya baru saja dimulai, dan ia harus mencari jawaban atas semua misteri yang selama ini tersembunyi di balik kabut.
Di dalam kegelapan itu, Aditya mulai berjalan, mengikuti cahaya yang berpendar lembut di depannya. Langkahnya mantap, meski hatinya dipenuhi oleh pertanyaan dan kekhawatiran. Ia tahu bahwa perjalanan ini akan membawa banyak tantangan, tetapi ia juga tahu bahwa di balik semua itu, ada kebenaran yang harus ia temukan, kebenaran tentang dirinya, tentang cahaya dalam kabut, dan tentang desa yang selama ini ia sebut rumah.