ID Times

situs berita dan bacaan harian

Kisah Cinta di Antara Bintang Hidup

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh tebing-tebing curam dan hutan lebat, hiduplah sepasang sahabat bernama Aria dan Damar. Mereka selalu bersama sejak kecil. Dalam setiap tawa dan air mata, mereka saling mendukung satu sama lain. Aria, gadis cerdas dengan mata berwarna coklat keemasan, selalu dipenuhi rasa ingin tahunya tentang dunia di luar desa mereka. Sementara Damar, pemuda dengan senyuman menawan dan jiwa petualang, lebih suka menjelajahi setiap sudut alam yang ada di sekitar mereka.

Suatu malam, ketika langit gelap memunculkan ribuan bintang berkelap-kelip, Aria duduk di atap rumahnya, merenungi impian untuk melihat dunia yang lebih luas. Sementara itu, Damar mengamati bintang-bintang dari tempat yang sedikit lebih jauh, di tepi danau. Ia selalu menemukan ketenangan di sana, mendengarkan suara alam dan menatap refleksi bintang di permukaan air yang tenang.

“Aria!” Damar memanggil, saat ia melihat sahabatnya di atap rumah. “Kenapa kamu sendirian di situ?” Ia berjalan mendekat dengan langkah santai.

“Saya hanya melihat bintang-bintang, Damar. Mimpiku…” Aria menahan napas sejenak, “Aku ingin pergi ke sana, menjelajahi bintang-bintang itu.”

Damar tersenyum penuh arti. “Bintang-bintang mungkin indah, tetapi aku lebih suka menjelajahi dunia sini bersamamu.”

“Mungkin kita bisa melakukan keduanya, Damar. Kita bisa bermimpi mengejar bintang-bintang di malam hari dan menjelajahi dunia ini di siang hari.”

Hari-hari berlalu, dan mimpi Aria menjadi semakin kuat. Dia mulai membaca buku-buku tentang astronomi dan bintang-bintang, sambil Damar tetap mendokumentasikan perjalanan sehari-hari mereka di dalam jurnal. Setelah beberapa bulan, Aria menemukan sebuah berita mengenai kompetisi astronomi tingkat nasional yang menawarkan kesempatan untuk belajar di sebuah observatorium terkenal.

Dengan semangat yang menggebu, Aria memutuskan untuk mendaftar, dan Damar berjanji untuk mendukungnya, meskipun ia sendiri tidak mengerti sepenuhnya tentang bintang dan ilmu yang terkait. Mereka pun akhirnya belajar sama-sama. Sementara Aria memperdalam pengetahuannya tentang galaksi dan sistem tata surya, Damar mencoba memahami setiap istilah yang diucapkan Aria meskipun sering kali ia merasa kebingungan.

Suatu malam ketika mereka sedang mengamati langit, Aria berbicara dengan nada serius. “Damar, jika aku memenangkan kompetisi ini dan mendapatkan kesempatan melanjutkan studi, apakah kamu akan mendukungku? Aku mungkin harus pergi jauh untuk waktu yang lama.”

Damar terdiam. Dalam hatinya, ia merasa bingung, antara kebanggaan dan ketakutan akan kehilangan sahabat yang selama ini selalu ada di sisinya. “Tentu saja, Aria. Kamu harus mengejar mimpimu. Tapi… Kamu akan kembali, kan?”

Aria tersenyum, berusaha menenangkan Damar. “Tentu, kita akan selalu terhubung, seperti bintang-bintang di langit, meskipun terlihat jauh, kita saling berkilau satu sama lain.”

Hari kompetisi tiba. Aria mengenakan gaun sederhana, tetapi wajahnya bersinar penuh semangat. Di hadapan juri dan peserta lainnya, ia tampil percaya diri, menjelaskan tentang galaksi dan keajaiban di luar sana. Damar menunggu dengan cemas di luar ruangan, berdoa untuk keberhasilan Aria.

Setelah berjam-jam menunggu, Aria akhirnya keluar dengan senyuman di wajahnya. “Aku menang, Damar! Aku bisa pergi ke observatorium!”

Ternyata, kegembiraan Aria juga diwarnai nuansa kesedihan. Damar tersenyum lebar, tetapi dalam lubuk hatinya, ia merasa seolah-olah kehilangan sesuatu yang berharga. Mereka berbagi momen bahagia, tetapi juga momen kesedihan yang tak terucapkan. Bagaimana rasanya berpisah dengan orang yang selama ini menemani setiap langkah?

Hari keberangkatan tiba. Aria dan Damar melakukan ritual kecil mereka, berjanji untuk saling menulis setiap minggu. Damar memberikan Aria sebuah bintang buatan dari kertas, sebuah tanda pengingat bahwa Aria selalu dihatinya. “Ini untukmu, agar kamu tidak pernah lupa, meskipun kita jauh.”

Aria menahan air mata, “Aku akan selalu melihat bintang ini di malam hari dan mengingat kita.”

Selama bulan-bulan berikutnya, Aria menikmati setiap momen di observatorium, belajar banyak hal baru, tetapi hatinya tetap merindukan Damar. Setiap surat yang mereka kirimkan penuh dengan cerita-cerita persahabatan, tetapi juga kerinduan.

Damar, yang terus menjalani hidup di desa, menghabiskan waktu menjelajahi alam dan menulis di jurnalnya, mengingat kembali semua petualangan mereka. Namun, ada satu elemen yang hilang — Aria. Terkadang, saat malam tiba dan bintang-bintang bersinar, ia merindukan tawa Aria di sampingnya.

Setelah satu tahun, Aria menerima surat dari Damar. “Aria, aku merasa kita harus bertemu. Aku butuh bintangku kembali. Apakah kamu bisa kembali?”

Surat itu menyebabkan Aria merasakan getaran dalam dirinya. Ia memutuskan untuk kembali ke desa, meski perasaannya campur aduk antara senang dan cemas. Apakah Damar masih seperti yang ia ingat? Apakah persahabatan mereka akan tetap sama, ataukah sesuatu telah berubah?

Ketika Aria hingga di desa, malam tiba dan langit kembali dihiasi bintang. Mereka bertemu di tepi danau, tempat di mana segala kenangan terukir. Perasaan menggantung di udara, saat Damar menunggu dengan bintang kertas di tangan.

“Aria,” Damar memulai. “Aku merindukanmu. Selama kamu pergi, aku menyadari satu hal…”

Aria cemas, “Apa itu?”

“Aku tidak hanya merindukan sahabatku, tetapi aku merindukanmu sebagai seseorang yang lebih dari sekadar sahabat.” Damar menatap dalam-dalam ke mata Aria.

Aria terkejut, hatinya berdebar. “Aku juga merasakan hal yang sama, Damar. Saat aku jauh darimu…aku merasa kehilangan bagian dari diriku.”

Mereka saling tersenyum, dan dalam saat itu, tidak ada lagi yang perlu dikatakan. Keduanya memahami bahwa meskipun mereka telah menjelajahi bintang-bintang dan dunia yang lebih luas, cinta sejati mereka ada di sini, bertumbuh di antara sinar bintang dan keindahan alam.

Dari hari itu, Aria dan Damar tidak hanya bersahabat, tetapi juga berjanji untuk menjelajahi kehidupan bersama, mengejar mimpi dengan tangan berpegangan, mengukir kisah cinta di antara bintang-bintang yang bersinar.

**Deskripsi Gambar untuk Artikel:**

Gambar ini menunjukkan dua remaja – seorang gadis dengan rambut panjang berwarna coklat keemasan yang terlihat ceria, dan seorang pemuda dengan senyuman hangat, sedang duduk di tepi danau di malam hari. Di atas mereka, langit berbintang yang luas memancarkan cahaya bintang yang berkelap-kelip. Di tangan sang gadis terdapat bintang kertas berwarna-warni yang menunjukkan harapan dan impian. Latar belakang menampilkan hutan lebat dan tebing, menciptakan suasana alam yang indah dan tenang.

**Kisah Cinta di Antara Bintang Hidup**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *