ID Times

situs berita dan bacaan harian

Makhluk di Ujung Bima Sakti

Di tengah malam yang pekat, ketika bintang-bintang bersinar dengan cemerlang, terdapat sebuah observatorium kecil yang terletak di puncak Gunung Merapi. Di sinilah seorang astronom muda bernama Dika menghabiskan malam-malamnya. Dengan lensa teleskop yang menghadap kehampaan angkasa, Dika selalu mencari fenomena baru, berharap suatu saat menemukan sesuatu yang belum pernah terlihat oleh manusia.

Satu malam, saat Dika sedang mengamati gugusan bintang, ia melihat sesuatu yang berbeda. Di ujung Bima Sakti, sebuah cahaya berkilauan muncul seolah-olah menari di antara bintang-bintang lain. Dika merasa ada yang istimewa tentang cahaya itu. Dengan penuh rasa ingin tahu, ia mencatat tanggal dan waktu penemuan itu dalam jurnalnya.

“Hari ini, pukul 02:13 WIB, ditemukan cahaya misterius di ujung Bima Sakti,” tulisnya dengan semangat.

Selama beberapa malam berikutnya, Dika terus mengamati cahaya tersebut. Semakin ia melihat, semakin terasa bahwa cahaya itu bukan sekadar ilusi atau refleksi dari bintang biasa. Ada pola tertentu yang tampaknya tidak acak, hampir seperti tanda komunikasi. Tanpa disadari, penemuan itu membawa Dika menuju petualangan yang tak terduga.

Dika mulai menghabiskan lebih banyak malam di observatorium, meneliti cahaya yang terus bergetar dalam irama yang seakan memanggilnya. Setiap kali ia melihat ke arah cahaya itu, ia merasa ditarik lebih dekat, seolah alam semesta merahasiakan sesuatu. Berhari-hari berlalu, ia menjalin hubungan sempurna dengan cahaya itu, bahkan sampai merasakan getaran yang sama. Pada malam ketujuh, tiba-tiba, Dika merasakan sesuatu yang aneh terjadi.

Melalui teleskop, Dika melihat cahaya itu mulai membentuk pola yang lebih jelas. Dalam sebuah momen puncak, sebuah pulsar dengan warna ungu dan biru terang muncul di hadapannya. Dika menelan ludahnya, perasaan campur aduk mengalir dalam dirinya. Ia merasakan kehadiran makhluk lain, makhluk yang berada di ujung Bima Sakti. Ia tidak tahu apakah itu sekadar khayalan atau benar-benar ada, tetapi rasa ingin tahunya mendorongnya untuk melanjutkan pencarian.

Pada malam yang sama, Dika terjaga dari tidurnya. Saat jalani mimpinya yang aneh, ia melihat gambaran makhluk aneh dengan kulit berkilau dan mata bintang bercahaya. Entah bagaimana, Dika merasa makhluk itu sedang memperhatikannya. Dengan penuh keberanian, Dika berbisik, “Siapa kamu? Apa yang kamu inginkan dariku?”

Secara tak terduga, cahaya dari teleskop berkilau dan dengan cepat memenuhi seluruh ruangan observatorium. Dika merasa seakan-akan jiwanya ditarik ke dalam gelombang cahaya itu, seperti terbang melintasi ruang dan waktu.

Ketika ia membuka matanya lagi, Dika menemukan dirinya berdiri di tengah-tengah ruang yang tak dikenali. Lingkungan di sekelilingnya dipenuhi dengan tanaman bercahaya dan langit yang dihiasi dengan galaksi luar biasa. Di depannya, makhluk bercahaya tersebut berdiri, tersenyum lembut.

“Selamat datang, Dika,” katanya dengan suara yang harmonis, meski tak seperti suara manusia. “Aku Liora, penjaga cahaya di ujung Bima Sakti.”

Dika terkejut namun sekaligus terpesona. “Kau… kau berbicara denganku?” tanyanya, masih berusaha memahami situasi aneh ini.

“Ya,” jawab Liora. “Kami telah mengawasi umat manusia selama ribuan tahun, namun hanya sedikit yang bisa melihat ke dalam jendela yang lebih luas dari keberadaan mereka.”

“Mengapa aku?” Dika bertanya, merasakan ketegangan dan keajaiban bersatu dalam dirinya.

“Kau adalah yang dipilih. Keberanianmu untuk meneliti dan rasa ingin tahumu menghantarkanmu ke sini. Ada banyak yang perlu kau ketahui tentang alam semesta dan peranmu di dalamnya.”

Liora mengisyaratkan agar Dika mengikuti. Mereka berdua melangkah melintasi padang bercahaya, dan Dika merasa terpesona. Rasa sepi yang biasa ia rasakan di observatoriumnya hilang, digantikan dengan kehangatan komunitas yang ramah. Di sekelilingnya, Dika melihat berbagai makhluk lain yang juga bercahaya, melakukan hal-hal menakjubkan—beberapa sedang menari dalam irama tak terdengar, sementara yang lain memadukan energi mereka untuk menciptakan senja yang berwarna warni.

“Kami dijanjikan untuk melindungi keseimbangan alam,” jelas Liora saat mereka berjalan. “Kamu, sebagai manusia, juga memiliki tanggung jawab yang sama. Namun seringkali kalian melupakan tujuan tersebut.”

Dika mulai memahami maksud Liora. Ia tahu betul bahwa umat manusia sering kali terjebak dalam ambisi dan keinginan mereka sendiri tanpa melihat dampaknya pada lingkungan. “Apa yang bisa kulakukan?” tanyanya.

“Kembalilah ke dunia manusia dan sebarkan pesan ini. Beri tahu mereka akan pentingnya menjaga keseimbangan antara alam dan teknologi. Ingatkan mereka untuk melihat lebih jauh, bukan sekadar ke permukaan.”

Setelah berbicara panjang lebar, Dika merasa tubuhnya mulai melayang. “Waktuku sudah habis, tetapi ingatlah satu hal, Dika. Kamu memiliki kekuatan untuk mengubah dunia. Jangan pernah meremehkan itu,” kata Liora sebelum memudar.

Mata Dika terbuka lebar, dan ia menemukan dirinya kembali di observatorium, di tempatnya yang nyaman. Namun, rasa aneh memenuhi jiwanya. Dika menatap teleskopnya, yang kini tampak lebih daripada sekadar alat. Dia merasa seperti memiliki jembatan ke sesuatu yang lebih besar.

Selama berhari-hari setelah pertemuannya dengan Liora, Dika mulai menyebarkan pesan tentang pelestarian alam melalui tulisan dan presentasi di sekolah-sekolah. Tentu saja, banyak yang ragu, tetapi ada juga yang percaya—mereka yang merasakan panggilan serupa untuk melindungi Bumi.

Akhirnya, suara Dika mulai bergaung di antara para ilmuwan dan pelestari lingkungan. Ia sukses mengumpulkan orang-orang yang memiliki visi yang sama. Proyek-proyek penelitian baru diluncurkan dengan fokus pada keberlanjutan, energi terbarukan, dan pelestarian alam. Dika tidak sendirian lagi; bersama timnya, mereka menciptakan perubahan yang nyata.

Bulan demi bulan berlalu, dan Dika tidak pernah melupakan Liora. Ia terus meneliti angkasa, tidak hanya untuk mengamati tetapi juga untuk memahami peran manusia dalam jalinan kosmik yang lebih besar. Dan meski ia tidak lagi melihat cahaya yang sama di ujung Bima Sakti, Dika tahu bahwa makhluk di sana selalu mengawasi—dan semoga, dengan rasa cinta dan harapan, memberikan inspirasi kepada umat manusia untuk terus menjaga dan merawat planet ini.

### Deskripsi Gambar untuk Artikel
Sebuah ilustrasi malam berbintang yang menakjubkan, menggambarkan pemandangan Bima Sakti dengan cahaya berkilau di ujung galaksi. Di tengah gambar, terdapat seorang astronom muda berdiri di depan teleskop besar, dengan ekspresi keheranan saat melihat ke langit. Di latar belakang, terlihat siluet makhluk bercahaya yang misterius, dengan mata seperti bintang. Suasana pemandangan terlihat magis, menampilkan keindahan alam semesta dan rasa ingin tahu yang mendalam.

### Makhluk di Ujung Bima Sakti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *