ID Times

situs berita dan bacaan harian

Makhluk yang Memakan Bintang

Di ujung galaksi yang jauh, di mana cahaya bintang berkedip seperti mata yang mengawasi, terdapat sebuah planet bernama Luminos. Planet ini dikelilingi oleh nebula berwarna-warni yang terlihat seperti tirai kasmaran. Penduduk Luminos, yang dikenal dengan sebutan Luminari, hidup dalam harmoni dengan alam semesta. Mereka memiliki keahlian luar biasa dalam merajut cahaya dan menyebarkannya ke seluruh penjuru planet. Namun, ada satu rahasia besar yang tak satu pun dari mereka ketahui—sebuah makhluk misterius yang hidup di dalam kegelapan luar angkasa, yaitu Makhluk yang Memakan Bintang.

Makhluk itu, yang dikenal sebagai Astralor, adalah sosok raksasa dengan tubuh transparan yang bisa berubah warna sesuai dengan kedamaian malam. Dipenuhi dengan tentakel panjang yang berkilau seperti cahaya bintang, Astralor mencari bintang-bintang yang hilang dan mengumpulkannya dalam perutnya yang luas dan gelap. Menurut legenda, Astralor tidak jahat; ia lahir dari kesedihan yang abadi, menginginkan keindahan bintang untuk mengisi hampa di dalam dirinya.

Suatu malam, bintang-bintang di langit Luminos mulai memudar satu per satu. Luminari yang tercengang mengamati perubahan yang terjadi. Mereka merasa khawatir dan takut bintang-bintang itu tidak akan pernah kembali. Dalam kebingungan, seorang pemuda bernama Arka mulai melakukan pencarian untuk mencari tahu apa yang terjadi. Arka adalah seorang pengrajin cahaya, dan ia memegang harapan untuk menyelamatkan bintang-bintang yang hilang.

Arka berlayar menggunakan perahunya, Seribu Cahaya, yang dilapisi dengan kristal bercahaya untuk membantu menerangi jalannya. Ia mengarungi lautan bintang dan nebula, mengikuti jejak bintang yang memudar. Setiap kali ia menangkap kilauan cahaya, hatinya berdebar, berharap itulah bintang yang hilang. Namun, semakin jauh ia melangkah, semakin gelap dan sunyi yang ia rasakan.

Setelah berhari-hari mencari, Arka mendekati pusat kegelapan di antara nebula. Di sana, ia melihat sebuah bayangan besar yang melayang di antara bintang-bintang yang hilang. Itu adalah Astralor. Arka menahan napas. Ia tidak tahu apakah harus bersembunyi atau menghadapi makhluk itu.

Dengan keberanian dan rasa ingin tahunya, Arka memutuskan untuk mendekat. Dalam perjalanan, ia mengagumi keindahan Astralor, meski tubuhnya dihiasi kegelapan. Ketika ia cukup dekat, makhluk itu menghentikan gerakannya dan menatap Arka dengan mata berbintang yang berkilau lembut. Arka merasa seolah terikat dalam pandangan itu, seperti ditarik ke dalam kedalamannya yang layak.

“Apa yang kau inginkan, pengrajin cahaya?” suara Astralor menggema dalam pikiran Arka, membangkitkan suasana damai meski ia tetap merasa terancam.

“Aku datang untuk mencari bintang-bintang yang hilang. Luminos membutuhkan mereka,” jawab Arka dengan suara bergetar.

Astralor menghela napas panjang yang menggeletar, dan saat itu pula, bintang-bintang di sekitar mereka muncul dan mengelilingi mereka. “Aku tidak ingin memakan bintang-bintang ini. Mereka adalah bagian dari keindahan semesta. Namun, kesedihan yang ada di dalam diriku mengambil alih akal sehatku. Setiap kali bintang jatuh, aku merasa sedikit lebih utuh.”

Sementara bintang-bintang bersinar lebih terang di sekeliling mereka, Arka merasakan ketulusan dalam kata-kata Astralor. Ia menyadari bahwa makhluk itu bukan musuh; ia adalah penjaga ruang dan waktu yang terperangkap dalam kesedihan.

“Jika bintang yang kau ambil itu bagian dari kesedihanmu, maka mari kita bersama-sama mencarikan penyelesaian. Kita tidak perlu membuat bintang-bintang itu terus berkurang,” kata Arka penuh harapan.

Keduanya kemudian meneliti nebula dengan bersatu, mengumpulkan kenangan bintang yang hilang. Dengan setiap kenangan yang dikumpulkan, Astralor mengalami sebuah transformasi. Warna-warna kegelapan di tubuhnya perlahan-lahan mulai memudar, memberikan ruang untuk keindahan bintang yang semula hilang.

Seiring waktu berlalu, Luminari akhirnya merasakan kehadiran kembali dari bintang-bintang. Masing-masing bintang berkilauan dengan cerah di langit malam. Arka dan Astralor kembali ke Luminos dengan bintang-bintang berkilauan, keduanya menjalin persahabatan yang erat.

Kehadiran Astralor di Luminos memberikan perspektif baru bagi Luminari. Mereka belajar bahwa setiap makhluk, bahkan yang tampak menakutkan, memiliki cerita dan kesedihan yang mungkin tidak terlihat. Alih-alih menjauhinya, mereka merayakan kehadiran Astralor dengan menggelar festival cahaya di tengah kota, menampilkan berbagai karya cahaya yang mengisahkan perjalanan mereka bersama.

Festival itu menjadi sebuah tradisi abadi di Luminos. Setiap tahun, Luminari akan merayakan pertemanan mereka dengan Astralor dan mengenang bintang-bintang yang pernah hilang. Arka kini dikenal sebagai “Pahlawan Cahaya,” yang selalu mengingatkan masyarakat akan pentingnya empati dan pengertian.

Sebulan setelah festival pertama, Arka dan Astralor menjelajahi lebih banyak sudut galaksi. Mereka menemukan banyak makhluk lainnya yang mengalami kesedihan serupa—mereka adalah pengembara yang tersesat di antara kegelapan luar angkasa. Dengan bantuan Arka, Astralor menumbuhkan harapan dan membawa kembali bintang-bintang yang hilang untuk setiap makhluk yang mereka temui.

Dari satu bintang yang baru mereka temukan hingga ke ratusan bintang yang kembali ke langit, kisah Arka dan Astralor menjadi legenda bagi generasi selanjutnya dari Luminari. Mereka belajar bahwa kegelapan tidak harus ditakuti; melainkan dipahami dan diperlakukan dengan kasih sayang.

Setiap malam, saat bintang-bintang bersinar di langit Luminos, Luminari selalu menceritakan kisah Makhluk yang Memakan Bintang. Dan mereka ingat, bahwa dalam kegelapan, ada keindahan yang menunggu untuk ditemukan—a hal yang hanya dapat terlihat dengan hati yang terbuka.

**Deskripsi Gambar untuk Artikel:**
Sebuah lukisan ruang angkasa yang memukau, menunjukkan planet berwarna cerah bernama Luminos dengan cahaya bintang yang berkilau di sekelilingnya. Di latar depan, terlihat sosok raksasa transparan bernama Astralor, dengan tentakel berkilauan menggenggam bait indah dari cahaya bintang. Di sampingnya, seorang pemuda bernama Arka berdiri dengan perahu bercahaya, mata mereka saling bertatapan, menggambarkan hubungan yang kuat antara mereka dan harapan yang mulai pulih di galaksi.

**Judul: Makhluk yang Memakan Bintang**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *