ID Times

situs berita dan bacaan harian

Penghuni di Lintasan Bintang

Di jagat raya yang tak terhingga, di antara bintang-bintang yang berkelap-kelip, terdapat satu tempat yang disebut Lintasan Bintang. Lintasan ini dikenal sebagai jembatan antara berbagai galaksi, tempat pelancong dari seluruh penjuru alam semesta berkumpul, bertukar cerita, dan menemukan takdir baru. Banyak yang mengira Lintasan Bintang hanya sebuah mitos, tetapi bagi beberapa individu, tempat ini adalah kenyataan yang menunggu untuk dijelajahi.

Di dalam Lintasan Bintang, terdapat sebuah pasar yang dipenuhi dengan suara riuh para pedagang, aroma rempah yang menggoda, dan cahaya warna-warni dari berbagai makhluk intergalaksi. Di situlah cerita kita dimulai, dengan seorang pemuda manusia bernama Arka. Ia adalah seorang pemburu bintang, menggunakan perahu antariksa kecil untuk menjelajahi ruang angkasa. Namun, petualangannya kali ini bukan hanya untuk mencari harta karun, tetapi untuk menemukan tempat yang disebut rumah.

“Selamat datang di Bazar Astra!” teriak seorang penjual floranji, makhluk berbulu dengan banyak warna cerah, sambil menawarkan potongan bunga yang bersinar. Arka tersenyum meski matanya tetap waspada. Dia berkeliling, melihat barang-barang yang dipajang, dari kristal yang mampu meramalkan masa depan hingga cemilan bercita rasa unik dari seluruh galaksi.

Ketika dia berjalan lebih dalam ke bazar, Arka terhenti di depan kios yang dipenuhi dengan globus kecil dari berbagai planet. Di sana, ia melihat seorang wanita dengan mata cerah yang berbeda dari semuanya. Dia mengenakan gaun berwarna biru gelap, seolah menampung seluruh malam, dan rambutnya berkilau seperti bintang-bintang. Wanita itu tersenyum padanya, dan Arka merasakan detakan jantungnya bergetar lebih cepat.

“Apakah kamu mencari sesuatu yang spesial?” tanya wanita itu dengan suara lembut.

Arka, yang jarang berbicara dengan orang asing, terdiam. “Saya… saya tidak tahu. Hanya menjelajahi,” jawabnya. Namun, ada sesuatu dalam tatapan wanita itu yang mendorongnya untuk berbagi lebih. “Saya seorang pemburu bintang, saya mencari tempat yang bisa saya sebut rumah.”

“Ah, rumah,” wanita itu mengulangi, melingkar-lingkar jari-jarinya ke arah globus. “Rumah bukan hanya tempat, tetapi perasaan. Ada di satu planet yang sangat jauh, di mana bintang-bintang saling bercerita satu sama lain.”

“Apakah kamu tahu tempat itu?” tanya Arka penuh harap.

Wanita itu mengangguk, “Namanya Caelum, planet di luar galaksi ini. Di sana, angkasa membawa kebahagiaan, dan makhluknya bergaul dengan bintang sebagai sahabat.”

Tanpa pikir panjang, Arka meminta informasi lebih lanjut. Wanita itu memberinya sebentuk peta tua, tampak usang namun berkilau dengan cahaya misterius. “Ikuti peta ini, tetapi ingat, perjalanan menuju rumah tidak selalu mudah.”

Setelah mendapatkan informasi berharga itu, Arka sangat antusias. Ia bergegas menuju perahunya, berencana untuk segera berangkat ke Caelum. Namun, saat hendak pergi, suara menggetarkan menghalanginya, “Arka!” Dia menoleh dan melihat wanita itu berlari menghampirinya. “Kenali dirimu dan kami yang akan membantumu. Jika kamu menghadapi bahaya, jangan ragu untuk mencari kami.”

Arka merasa bingung, tapi ia tidak punya waktu untuk bertanya. Dengan cepat, dia meluncur ke luar Lintasan Bintang, mengikuti arah peta sambil memeriksa instruksi yang ada. Pesona perjalanan luar angkasa membuatnya terpesona, apalagi saat melihat nebula berwarna pink yang terbentang luas di depannya.

Setelah beberapa waktu berlayar, Arka menjumpai fenomena aneh; suatu badai kosmik yang tidak terduga muncul di hadapannya. Dia mempercepat laju perahu, mengandalkan kecepatan, tetapi badai itu semakin besar. Gerakan perahu menjadi tak terkendali, dan sebagian dari alat navigasinya rusak. Dalam kekacauan, Arka ingat kata wanita itu: “Cari kami.”

Dalam ketegangan, Arka mencari cara untuk menavigasi badai. Saat itulah, dia melihat kilatan cahaya di sisi lain badai. Ada sebuah formasi bintang yang berkilau seolah memanggilnya. Dalam sekejap, perahunya meluncur tanpa arah tepat ke dalam badai. Namun, alih-alih tersapu pergi, cahaya bintang itu seperti jaring yang melindunginya. Arka merasakan energi yang berbeda, seakan diperkuat oleh bintang-bintang di sekelilingnya.

Ketika badai reda, Arka tersadar; dia telah tiba di planet Caelum. Permukaannya berkilau, dan dia merasakan harmoni yang menenangkan. Makhluk-makhluk yang mirip dengan wanita yang ditemuinya di Lintasan Bintang muncul dari kejauhan. Mereka terlihat seperti penjaga bintang, dengan sinar yang mengelilingi tubuh mereka.

“Selamat datang, Arka,” salah satu dari mereka menegaskan. “Kami telah menunggu kedatanganmu.”

“Saya… di mana saya?” tanya Arka, masih terpesona oleh pandangan di sekelilingnya.

“Kau ada di Caelum, tempat bintang-bintang bertemu. Kau mencari rumah, dan rumah telah menunggu kedatanganmu,” jawab makhluk itu dengan senyuman lembut. “Tapi untuk membuktikannya, kau harus melewati uji – perjalanan ke kedalaman hatimu sendiri.”

Dengan itu, Arka dipandu menuju sebuah lembah yang dipenuhi cahaya lembut. Di tengahnya terdapat sebuah kolam air yang tenang, memantulkan langit Caelum yang penuh dengan bintang. “Lihatlah bayanganmu,” kata makhluk itu. “Apa yang kau lihat di dalam sana?”

Arka mendekat ke kolam, menatap bayangannya sendiri. Dia melihat sosoknya yang penakut, tak berdaya di hadapan ketidakpastian. “Saya merasa tersesat,” gumamnya. “Saya bahkan tidak tahu apa yang saya cari.”

“Kadang, yang kita cari bukanlah apa yang ada di luar, tetapi keberanian untuk menemukan diri kita,” makhluk itu berkata. “Hadapi ketakutanmu, temukan jati dirimu, dan bintang-bintang akan membawamu pulang.”

Dia memejamkan mata, membiarkan perasaan keraguan mengalir dalam dirinya sebelum menghadap kembali ke permukaan kolam. Dia mengingat semua perjalanan yang telah dilalui, semua tantangan yang telah dihadapi. Dalam momen itu, Arka menyadari bahwa perjalanan ke rumah bukan hanya soal tempat, tetapi tentang menjalin hubungan dengan diri sendiri.

Ketika Arka membuka mata, dia merasakan vibrasi dalam diri, seolah bintang-bintang di sekelilingnya bergetar lebih keras. Dia merasakan kehadiran mereka, bahwa dia tidak pernah benar-benar sendirian, dan itu memberinya keberanian untuk terus melangkah.

Dengan tekad baru, Arka berdiri dengan tegak, dan semua makhluk di Caelum mengitari dan menyambut kembali dengan tawa gembira. “Selamat, Arka! Kau telah menemukan rumahmu!” mereka berteriak.

Sejak saat itu, Arka menjadi bagian dari komunitas di Caelum. Dia belajar dari makhluk-makhluk itu, berpetualang bersama mereka, dan menciptakan kenangan indah di dengan bintang-bintang. Lintasan Bintang bukan lagi tempat pencarian, tetapi menjadi pijakan untuk berbagai petualangan baru.

Dengan waktu, Arka menyadari bahwa kadang sosok yang dianggap asing justru yang akan memberikan rasa ketenangan. Caelum bukan hanya lokasi; itu adalah jiwanya yang kini bersatu dengan semua yang ada di luar sana. Dan Lintasan Bintang, tempat penemuan dan pertemuan, adalah jalur menuju pemahaman yang lebih dalam akan arti sebuah rumah.

**Image Description:**
Ilustrasi menunjukkan pemandangan luar angkasa yang megah dengan bintang-bintang yang berkelap-kelip dan nebula berwarna cerah. Di tengah bazar Lintasan Bintang, ada seorang pemuda manusia dengan mata berkilau, berinteraksi dengan wanita misterius yang mengenakan gaun biru gelap. Di sekitar mereka, berbagai makhluk intergalaksi sedang melakukan aktivitas sehari-hari, baik berdagang maupun bertukar cerita, menciptakan suasana yang penuh warna dan kehidupan. Di latar belakang, perahu antariksa kecil meluncur dengan hangat menuju destinasi baru, merepresentasikan semangat petualangan dan pencarian rumah di jagat raya.

**Penghuni di Lintasan Bintang**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *