Bayangan di Sudut Jalan
August 15, 2024
Malam mulai menyelimuti kota, lampu-lampu jalan berkilauan seperti bintang-bintang yang terjerat dalam gelap. Di sudut jalan yang sempit, terdapat sebuah gang yang jarang dilalui orang. Gang itu dipenuhi dengan desiran angin malam yang seolah berbisik menyimpan rahasia. Di sanalah, bayangan mulai muncul.
Aisha, seorang gadis berusia enam belas tahun, sering melintasi gang itu saat pulang sekolah. Meskipun dia tahu bahwa tidak ada yang berbahaya, selalu ada rasa tidak nyaman yang menyergapnya tiap kali melintasi sudut jalan tersebut. Suatu malam, saat embun mulai menempel pada dedaunan, bayangan itu muncul kembali. Namun kali ini, bayangan yang biasa sekilas itu mulai tampak lebih jelas.
Aisha mendekat, dan di bawah sinar lampu kuning redup, dia melihat sosok seorang pria berdiri di ujung gang. Pria itu mengenakan mantel hitam panjang dengan topi yang menutupi sebagian wajahnya, membuatnya tampak misterius. Meski jantungnya berdegup kencang, rasa ingin tahunya mengalahkan ketakutannya. Dia ingat cerita-cerita yang dibisikkan teman-temannya tentang hantu yang merasuki gang tersebut.
“Siapa yang kau cari?” tanya Aisha, suaranya bergetar.
Pria itu berbalik perlahan, dan Aisha terkejut saat melihat ekspresi sedih di wajahnya. Matanya, meski tertutup bayangan, memancarkan kesedihan yang mendalam.
“Aku bukan siapa-siapa,” jawab pria itu pelan, suaranya serak. “Hanya seorang pengembara yang tersesat.”
Delapan tahun yang lalu, pria itu adalah seorang seniman berbakat. Dia pergi mencari inspirasi, namun kecelakaan tragis mengambil nyawanya jauh dari rumah. Sejak saat itu, dia terjebak di sudut gelap jalan ini, tidak bisa beranjak pergi, menunggu seseorang yang bisa mendengar ceritanya.
Aisha merasakan hati kecilnya tersentuh. Dia tidak hanya melihat sosok menyeramkan di gang, tetapi seorang manusia yang kehilangan jalannya. Dia memutuskan untuk membantu. Permintaan Aisha sederhana, “Mari ceritakan kisahmu, agar orang-orang mengenalmu selamanya.”
Dari malam ke malam, Aisha mulai mengunjungi gang itu. Dia mendengarkan dan mencatat setiap cerita sang seniman, menghidupkan kisah-kisahnya di kertas. Perlahan, cahaya mulai mengisi sudut gelap itu. Kini, bayangan di sudut jalan tidak hanya menjadi misteri, tetapi juga merupakan saksi berbagai cerita yang membawa kehangatan di malam hari.
Aisha menyebarkan karya seniman itu, dan orang-orang mulai berdatangan. Mereka datang untuk mendengar, menghargai, dan mengenang. Dan saat malam menjadi terang, bayangan di sudut jalan itu akhirnya mendapat kebebasan, pergi menuju tempat baru, di mana kisah-kisahnya dapat hidup selamanya.
**Deskripsi Gambar untuk Artikel:**
Gambar menunjukkan suasana malam di sudut jalan yang gelap dan sepi. Di sisi kiri gambar, ada secercah cahaya dari lampu jalan yang menerangi sebagian gang yang sempit. Sosok pria misterius dengan mantel hitam terlihat berdiri di belakang bayangan, wajahnya samar namun tampak sedih. Di sebelah kanan, terlihat seorang gadis muda dengan pena dan buku catatan, terfokus mendengarkan pria tersebut. Latar belakangnya menunjukkan bangunan tua yang berlumut, menambah kesan nostalgia dan misteri.