ID Times

situs berita dan bacaan harian

Elang dan Batu Peramal

Di puncak gunung yang menjulang tinggi, terdapat sebuah batu besar berwarna kelabu yang dikenal sebagai Batu Peramal. Batu ini tidak biasa. Konon katanya, siapa pun yang duduk di atasnya dan fokus pada harapannya, akan mendapatkan petunjuk tentang masa depannya. Meski banyak yang datang menjajal, tidak setiap orang sanggup mendengar suara lembut yang diyakini sebagai bisikan dari alam.

Di sekitar gunung tersebut, hiduplah seekor elang yang terbang mengangkasa. Namanya adalah Elang Rajawali, seekor elang yang perkasa dan cerdas. Ia memiliki bulu berwarna cokelat keemasan, serta mata tajam yang mampu melihat dari kejauhan. Sejak kecil, Elang Rajawali sudah mendengar legenda tentang Batu Peramal, namun ia selalu meragukannya. Bagi Elang Rajawali, tak ada yang lebih baik daripada mengandalkan insting dan kemampuannya sendiri.

Suatu hari, ketika terbang menjelajahi langit biru, Elang Rajawali melihat seekor burung kecil terjerat dalam jaring pemancing. Dengan gesit, ia menyusup ke bawah pelindung awan dan menyelamatkan burung itu. Burung kecil itu, yang bernama Nuri, sangat bersyukur. Sebagai tanda terima kasih, Nuri mengundang Elang Rajawali untuk mengunjungi rumahnya di tepi sungai.

Selama berhari-hari, Elang Rajawali dan Nuri menjadi sahabat. Mereka terbang bersama, berbagi cerita, dan saling membantu. Namun, suatu malam, Nuri mengungkapkan kecemasan yang mengganggu pikirannya. “Rajawali, aku merasa ada yang tidak beres. Tidurku terganggu oleh mimpi buruk yang sama berulang-ulang. Aku takut akan hari esok,” keluh Nuri.

Elang Rajawali berpikir sejenak. “Mungkin kita harus pergi ke Batu Peramal. Mungkin ia bisa memberikanmu jawaban,” sarannya. Meskipun skeptis, Elang Rajawali merasa tidak enak hati meninggalkan Nuri dengan kegelisahan yang mengganggunya.

Di pagi hari, mereka berangkat menuju puncak gunung tempat Batu Peramal berada. Setelah terbang jauh dan melewati lembah, akhirnya mereka tiba di puncak yang ditutupi kabut. Di sana, di tengah kabut tebal, tegak Batu Peramal yang megah, seolah menyimpan banyak rahasia alam.

Nuri mendekati batu itu dengan penuh rasa ingin tahu, sementara Elang Rajawali duduk di atas cabang pohon dekatnya, mengawasi. “Apa yang harus aku lakukan?” Nuri bertanya dengan suara lembut, tergoda oleh aura magis Batu Peramal.

“Duduklah di atas batu itu, dan fokuslah pada ketakutanmu,” suara misterius terdengar pelan, seolah datang dari dalam Batu Peramal. Nuri, meski cemas, mengikuti instruksi tersebut. Dengan hati-hati, ia menduduki batu itu dan menutup matanya.

Sesaat kemudian, sebuah bisikan lembut semakin jelas di telinganya. “Jangan takut, Nuri. Segala sesuatu yang kau alami kini adalah bagian dari perjalananmu. Ketakutan yang kau rasakan hanya bayangan gelap yang harus kau hadapi. Ingatlah, selalu ada cahaya setelah kegelapan.”

Nuri membuka matanya dengan penuh harapan. “Rajawali, aku mendengar suara! Sepertinya, semuanya akan baik-baik saja.” Ia melompat penuh semangat, tak lagi merasa terpuruk oleh kegalauan.

Namun, Elang Rajawali merasakan ada yang aneh. Ia terbang menghampiri Nuri dan berkata, “Kau tidak hanya mendengar peringatan untukmu. Aku juga mendengar sesuatu. Batu ini memberitahuku bahwa bahaya akan datang, dan kita harus bersiap.”

“Bahaya? Apa yang akan terjadi?” Nuri terlihat semakin khawatir.

“Aku tidak tahu pasti, tetapi kita harus waspada,” jawab Elang Rajawali.

Malam itu, Elang Rajawali tak bisa tidur. Ia terbang tinggi di langit, mengamati lembah dan hutan di bawahnya. Tiba-tiba, ia melihat sekawanan burung pemangsa mendekati desa kecil di kaki gunung. Elang Rajawali segera teringat akan Nuri yang tinggal di tepi sungai. Dengan cepat, ia terbang kembali dan menggugah Nuri.

“Nuri! Kita harus memperingatkan semua burung di sekitar sini tentang bahaya ini. Sekawanan burung pemangsa sedang dalam perjalanan ke sini!” seru Elang Rajawali.

Nuri terbangun dengan cepat. “Apa yang akan kita lakukan? Kita perlu menyebarluaskan berita ini!”

Elang Rajawali segera menyusun rencana. Dengan cepat, ia mengajak Nuri dan beberapa burung lainnya untuk berkumpul di puncak gunung. “Kita perlu membuat suara, sebuah sinyal untuk memperingatkan semua burung di hutan dan desa. Jika kita bersatu, kita bisa menyelamatkan diri kita sendiri!” serunya.

Seluruh burung berkumpul, dan Nuri serta Elang Rajawali memberikan arahan. Mereka mulai mengeluarkan suara keras, membuat kebisingan yang menggema di seluruh hutan. Pesan itu terdengar jelas, dan satu per satu, burung-burung kecil dari desa dan hutan mulai terbang menuju puncak, mengikuti instruksi.

Beberapa waktu kemudian, kawanan burung pemangsa yang dipimpin oleh seekor elang besar datang mendekat. Tapi saat mereka melihat betapa banyaknya burung yang berkumpul, mereka ragu untuk menyerang. Elang Rajawali terbang lebih mendekat lagi, dan menantang pemimpin kawanan itu.

“Kenapa kalian datang ke sini?” Elang Rajawali menantang.

Burung pemangsa itu menjawab, “Kami mencari mangsa. Tetapi melihat jumlah burung yang berkumpul di sini, kami berpikir dua kali untuk menyerang.”

“Jika kalian ingin bertarung, hadapi aku!” Elang Rajawali berteriak, percaya akan kemampuannya. Namun, ia juga sadar bahwa kekuatan tidak selalu menjadi jawaban.

Melihat keberanian Elang Rajawali, burung-burung lainnya menjadi bersemangat. Mereka beramai-ramai mengeluarkan suara, menciptakan desisan dan keriuhan yang menggema di udara. Lambat laun, kawanan burung pemangsa mulai mundur, tak kuasa menghadapi semangat persatuan yang ditunjukkan oleh Elang Rajawali dan teman-temannya.

Dalam sekejap, langit menjadi tenang kembali. Burung-burung merayakan keberhasilan mereka, dan Nuri terbang mendekati Elang Rajawali. “Aku tahu kamu selalu bisa melindungiku, Rajawali. Berkat nasihat Batu Peramal, kita semua selamat,” ucap Nuri sambil mencubit sayap elang dengan manis.

“Elang dan Batu Peramal mengajarkan kita akan kekuatan persahabatan dan kebersamaan. Kadang, kita bisa lebih kuat dengan berdiri bersama,” jawab Elang Rajawali, merasa bangga melihat mereka semua bersatu.

Sejak hari itu, Nuri dan Elang Rajawali menjadi legenda di antara para burung. Mereka bukan hanya menyelamatkan diri mereka sendiri, tetapi juga mengajarkan semua makhluk di hutan tentang pentingnya menjaga alam dan bekerja sama.

Batu Peramal pun semakin dihormati. Hanya dengan menyadari bahwa tidak ada yang lebih kuat daripada persahabatan dan keberanian, mereka belajar untuk tidak hanya bergantung pada peramal, tetapi juga pada satu sama lain.

### Deskripsi Gambar untuk Artikel

Gambar ini menampilkan pemandangan indah puncak gunung yang diselimuti kabut, dengan Batu Peramal yang besar dan berwarna kelabu di tengahnya. Di dalam gambar, terlihat seekor elang berwarna coklat keemasan terbang tinggi di langit, dengan bulu-bulunya bersinar terkena sinar matahari. Di bawahnya, sekelompok burung kecil berkumpul, terlihat bersemangat, siap mendengarkan petunjuk dari Elang Rajawali. Latar belakang memancarkan keindahan alam dengan pepohonan hijau dan sungai yang mengalir, menciptakan suasana magis dan mendamaikan.

### Elang dan Batu Peramal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *