ID Times

situs berita dan bacaan harian

Penjelajah Batasan Ruang-Waktu

Di suatu malam yang gelap gulita, di tengah hutan yang rimbun dengan pepohonan menjulang tinggi, seorang pria bernama Arjuna tengah memusatkan perhatian pada sebuah perangkat yang sangat unik. Perangkat itu terlihat seperti jam antik dengan beberapa tombol dan layar kecil yang berkelap-kelip. Arjuna adalah seorang ilmuwan yang terobsesi dengan konsep perjalanan waktu dan ruang. Ia telah menghabiskan belasan tahun untuk menciptakan alat ini—sebuah mesin waktu yang diyakini mampu menjelajahi batasan ruang-waktu.

Arjuna tidak pernah menyangka, malam ini ia akan menghadapi satu petualangan yang belum pernah dibayangkan. Saatnya tiba untuk menguji teorinya. Dengan napas yang berat dan tangan yang bergetar, ia mengatur koordinat tujuan waktunya. “2050,” gumamnya, menginginkan untuk melihat masa depan peradaban manusia. Dengan satu sentuhan tombol, mesin waktunya bergetar, dan dalam sekejap, dunia sekelilingnya mulai berputar dengan kecepatan yang mengerikan.

Tak lama kemudian, Arjuna mendapati dirinya berdiri di tepi sebuah kota megah yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Gedung-gedung tinggi dan modern menjulang dengan desain futuristik, serta kendaraan terbang melintas di udara. Rasa syukur dan ketakjuban bercampur menjadi satu saat ia melangkah lebih jauh ke dalam kota itu.

Seiring Arjuna menjelajahi kota tersebut, ia begitu terpesona dengan teknologi baru yang ada. Di dekat sebuah taman yang hijau, ia melihat robot-robot membantu orang-orang tua menyeberang jalan dan memainkan musik di sudut-sudut. Namun, di balik keindahan peradaban yang penuh kemajuan ini, Arjuna merasa ada sesuatu yang tidak beres. Warga kota tampak sibuk, tetapi ada kesunyian yang menggelayuti.

Ia mendekati seorang pria tua yang duduk di bangku taman. Dengan keberanian, Arjuna bertanya, “Apa yang terjadi pada kota ini?”

Pria tua itu menatap Arjuna dengan mata penuh kebijaksanaan. “Kita telah maju, tetapi dengan kemajuan ini, kita kehilangan nilai-nilai kemanusiaan. Teknologi yang seharusnya memudahkan hidup justru membuat kita terasing.”

Kata-kata itu mengguncang Arjuna. Ia mulai bertanya-tanya tentang makna dari semua yang telah ia lihat. Setelah berpamitan dengan pria tua itu, Arjuna melanjutkan penjelajahannya dan menemukan sebuah pusat informasi yang menjelaskan sistem terkini di kota itu.

“Selamat datang di kota Neom,” suara halus terdengar dari layar hologram. “Kami adalah generasi baru yang dikendalikan oleh AI. Keseharian kami diatur dengan efisiensi maksimum.”

Arjuna merasakan hati gelisah. Meskipun kemudahan hidup yang ditawarkan tampak menarik, kehilangannya dari pengalaman manusia yang otentik memberikan kesedihan yang mendalam. Di dalam hatinya, ia ingin mengubah masa depan ini, tetapi ia tahu, untuk itu, ia harus kembali kke masa sekarang.

Dengan pikiran yang kacau, Arjuna bergegas kembali ke tempat ia mendayung mesin waktu. Saat mengatur tombol untuk kembali, tiba-tiba, mesin mengalami gangguan. Layar berkedip-kedip menunjukkan “error” dan dengan segera, Arjuna terhisap ke dalam pusaran cahaya yang menyilaukan.

Setelah melewati apa yang terasa seperti gelombang yang tak berujung, Arjuna terjatuh di sebuah tempat yang tak dikenalnya. Sekilas, ia menyadari ia berada di padang rumput berselimut kabut yang lembut. Disitu, ia melihat sosok-sosok gambaran bayangan—seolah-olah ada orang-orang berputar dan melayang. Dalam tiap langkahnya, bayangan itu menunjukkan momen-momen dari masa lalu, keajaiban-keajaiban yang penuh dengan kehangatan dan cinta.

Semua memori manusia yang hilang itu kemudian mengalir di pikirannya. Arjuna menyaksikan sorot mata bahagia anak kecil, tawanya, dan pelukan hangat antara keluarga. Kesedihan yang ia alami terasa begitu dalam. Kenyataan bahwa semua hal indah itu tampak ponah dapat tergantikan oleh teknologi.

Dari kejauhan, ia mendengar suara lembut. “Kamu terjebak di antara waktu, Arjuna.”

Ia menoleh dan melihat seorang wanita dengan gaun putih siluet indahnya, menjulang seperti pemandangan yang abadi. Ia mendekati Arjuna dan menambahkan, “Aku penjaga batasan ruang-waktu. Kamu ingin tahu mengapa kamu dibawa kemari?”

“Ya,” jawab Arjuna, lelah dan penasaran. “Aku ingin kembali, tetapi aku harus mengubah apa yang telah aku lihat.”

Wanita itu menatapnya tajam. “Perubahan bukanlah hal yang mudah. Namun kamu memiliki pilihan. Pilihlah jalanmu.”

Arjuna memikirkan semua yang telah ia saksikan. Ia ingin agar peradaban di masa depan tetap terhubung dengan nilai-nilai kemanusiaan. Setelah berfokus melawan keraguannya, Arjuna berkata, “Aku memilih untuk kembali. Aku akan membagikan pelajaran yang kuperoleh agar manusia tidak kehilangan jati diri mereka.”

Dengan senyuman, wanita itu mengangguk dan meniupkan cahaya ke arah Arjuna. Sebuah portal terbuka di hadapannya, dan dalam sedetik, ia terlempar kembali ke hutan tempat mesin waktunya berdiri.

Matahari mulai terbit, memberikan warna keemasan di langit. Arjuna berdiri di depan mesin waktu, merasakan semangat baru berkobar di dalam dirinya. Ia mengeluarkan catatan dan mulai menulis pengalamannya yang berharga—mengajak seluruh umat manusia untuk tidak hanya menikmati teknologi, tetapi juga menjaga nilai-nilai dasar kemanusiaan yang telah membangun masyarakat hingga saat ini.

Walaupun perjalanannya tidak tanpa tantangan, Arjuna sadar kini lebih dari sebelumnya bahwa penjelajahan batasan ruang-waktu bukanlah semata perjalanan fisik, tetapi perjalanan untuk menemukan dan memahami arti kehidupan yang lebih dalam dan buatan saat berada di dunia yang penuh kemajuan. Ia bertekad untuk mengajak orang lain menyadari keindahan dalam kesederhanaan, cinta, dan hubungan antarmanusia.

Dan di penghujung setiap harinya, ia merenungi perjalanan waktu yang dilaluinya, mengingatkan dirinya bahwa teknologi adalah alat, bukan tujuan. Dalam keheningan malam, saat bintang-bintang bersinar indah, Arjuna tahu betul bahwa dunia memerlukan lebih banyak peneliti, bukan sekadar penjelajah, yang siap menjaga keseimbangan antara kemajuan dan kemanusiaan.

**Deskripsi Gambar untuk Artikel:**
Sebuah ilustrasi menggambarkan Arjuna, seorang penjelajah waktu dengan jam antik di genggamannya, sedang berdiri di tengah kota futuristik di tahun 2050. Gedung-gedung megah dan robot-robot penolong melintas di sekitarnya. Di latar belakang, sesosok wanita berpakaian putih terlihat seolah-olah memandu Arjuna, di samping pernyataan penuh makna tentang kehilangan kemanusiaan karena kemajuan teknologi. Suasana yang diciptakan melambangkan perjalanan waktu, harapan, dan kebangkitan kesadaran akan nilai-nilai manusia.

**Cerita Pendek: Penjelajah Batasan Ruang-Waktu**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *