ID Times

situs berita dan bacaan harian

Roh yang Mengalir di Sungai Lava

Di sebuah pulau kecil yang dikelilingi lautan biru jernih, terdapat sebuah gunung berapi yang selalu mengeluarkan asap. Gunung yang bernama Gunung Kamala ini dipercaya oleh penduduk setempat sebagai tempat yang dihuni oleh roh-roh yang telah pergi, tetapi belum menemukan jalan pulang. Mereka percaya, salah satu roh yang paling terkenal adalah Roh Api, yang mengalir di sungai lava yang memancar keluar dari puncaknya.

Suatu malam, di sebuah desa yang terletak di kaki gunung, hiduplah seorang pemuda bernama Raka. Ia adalah seorang pelukis yang memiliki bakat luar biasa, tetapi selalu merasa kehilangan inspirasi. Berulangkali ia mencoba melukis pemandangan alam yang indah di sekitarnya, namun hasilnya tetap tidak memuaskan hatinya. Raka selalu berharap bisa menemukan satu momen atau objek yang dapat memicu semangatnya, namun tak kunjung ia temukan.

Suatu hari, saat Raka duduk di tepi pantai, menatap ombak yang berdesir lembut, dia mendengar cerita dari seorang nenek tua yang sedang menjajakan kerang. Nenek itu bercerita tentang roh yang tinggal di gunung: “Ketika lava mengalir turun dari puncaknya, itu adalah jiwa-jiwa yang terperangkap, memancarkan cahaya dan kehangatan. Siapa pun yang bisa menggambarkan keindahan roh tersebut dengan lukisannya, akan mendapatkan kebangkitan semangat yang tak terhingga.”

Mendengar itu, Raka merasakan sesuatu yang bergetar dalam dirinya. Dia memutuskan untuk menaiki Gunung Kamala, berharap bisa melihat langsung sungai lava yang mengalir dari puncak, mungkin sebuah pengalaman luar biasa di sana bisa membangkitkan inspirasi dalam dirinya.

Setelah berhari-hari mempersiapkan, Raka memulai pendakian. Dia melewati hutan lebat dan padang rumput yang menghijau, semakin mendekati puncak, suhu mulai meningkat. Akhirnya, Raka sampai di puncak yang menjulang tinggi, seorang diri dihadapkan pada pemandangan yang menakjubkan: sungai lava mengalir dengan warna oranye menyala, menciptakan kilauan yang memukau.

Tetapi saat Raka menatap sungai lava, tiba-tiba angin bergemuruh, dan abu panas berterbangan. Suara lembut menghampirinya, “Kau datang untuk mencari inspirasiku?” Raka terkejut dan menoleh. Di hadapannya ada sosok samar yang dibentuk oleh nyala api, terlihat seperti seorang wanita dengan rambut berapi yang berkepang rapi.

“Siapa kau?” tanya Raka, suaranya bergetar.

“Aku adalah Roh Api, penjaga sungai lava ini. Banyak yang datang mencariku, tapi sangat sedikit yang benar-benar melihat,” jawab roh itu sambil tersenyum.

Raka menatap roh itu dengan takjub. Matanya meneteskan air mata, bukan karena takut, tetapi karena keindahan dan ketulusan yang terpancar dari sosok itu. “Aku ingin melukis keindahan ini. Namun, inspirasiku hilang,” ujarnya, suara Raka semakin teredam oleh suara gemuruh lava yang mengalir.

Roh Api mendekat, dan jari-jari cahayanya menyentuh hati Raka, menciptakan aliran kehangatan yang menenangkan. “Inspiration is within you, Raka. Temukanlah,” bisiknya. “Lukis bukan hanya apa yang kau lihat, tetapi apa yang kau rasakan. Biarkan jiwa dan emosimu mengalir seperti lava ini.”

Raka mengerti, jiwanya terhubung dengan roh itu. Dalam keheningan malam, dengan hanya diterangi oleh cahaya sungai lava, ia mulai menciptakan. Dia menggambar bukan hanya bentuk yang terlihat tetapi juga aliran emosi yang menggebu. Setiap goresan kuasnya seakan berbicara dengan roh, menyatukan keduanya dalam satu kesatuan yang indah.

Sosok Roh Api menari di antara cahaya dan bayangan, seakan memberi Raka kekuatan lebih. Ia menggambarkan setiap gelombang api, setiap aliran lava, dan setiap detak jantung yang bersatu dalam harmoni. Raka merasa seolah-olah dia bukan lagi hanya seorang pelukis; dia adalah bagian dari keindahan itu sendiri. Waktu seakan berhenti saat dia melukis. Tidakkah ini yang disebut inspirasi?

Bergulir malam merangkak menjadi pagi, Raka tetap dalam suasana terpesona. Ketika cahaya pagi menyelimuti puncak gunung, Raka menyelesaikan lukisannya. Hasilnya adalah potret pemandangan yang lebih dari sekadar visual; itu adalah jiwa dari Gunung Kamala, jiwa dari Roh Api, dan jiwa Raka sendiri yang dipadukan dalam satu karya. Dalam lukisan itu, ia telah menangkap kilau dan nyala, melampaui sekadar warna; ada rasa, ada kehidupan.

Ketika Raka menatap karya terakhirnya, roh itu tersenyum, mengucapkan terima kasih dengan suara lembutnya. “Kau telah menemukannya, Raka. Kau telah mengalir bersama jiwaku. Kini, pulanglah.”

Raka mengangguk, hatinya penuh rasa syukur. Masih terpesona dengan pengalaman itu, dia berjanji untuk membawa cerita ini kepada dunia, untuk memberitahu semua orang bahwa seni bukan semata-mata tentang apa yang terlihat, melainkan juga tentang apa yang dirasakan.

Setelah menuruni gunung, Raka menunjukkan lukisan itu pada penduduk desa. Mereka pun terpesona, tak pernah melihat keindahan yang seperti itu sebelumnya. Sejak saat itu, lukisan itu menjadi terkenal di seluruh pulau, dan Raka menjadi pelukis yang sangat dihormati. Dia tidak hanya menciptakan lukisan, tetapi dia membagikan kisah roh, tentang pencarian jiwa, tentang bagaimana menemukan inspirasi di tempat yang tak terduga.

Setiap kali mereka melihat lukisan itu, penduduk ingat akan kehadiran Roh Api, dan mereka semakin percaya bahwa di dalam setiap aliran lava, terdapat jiwa-jiwa yang berkarya dan terhubung dengan alam. Raka melanjutkan untuk melukis, tidak hanya tentang keindahan alam, tetapi juga tentang cinta, kesedihan, harapan, dan perjalanan jiwa manusia. Dia menyadari bahwa seni adalah medium yang dapat menghubungkan manusia dengan sesuatu yang lebih besar dari sekadar fisik – itu adalah jendela menuju jiwa.

Pulau itu menjadi terkenal tak hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena cerita magis Roh Api yang mengalir di sungai lava, dan Raka, seorang pelukis yang terlahir kembali dalam pelukisan jiwa.

Dari situlah, kisah Raka dan Roh yang mengalir di sungai lava menjadi legenda, yang diceritakan dari generasi ke generasi, sebuah pengingat bahwa di dalam setiap jiwa, ada potensi untuk menyatu dengan keindahan yang lebih tinggi.

***

**Deskripsi Gambar untuk Artikel**:

Gambar menggambarkan puncak Gunung Kamala, dengan sungai lava mengalir deras berwarna oranye menyala di tengah kelam malam yang dipenuhi bintang. Di atas lava, sosok samar Roh Api berwarna merah dan kuning, dengan rambut berapi yang berkepang, mengulurkan tangannya ke seorang pemuda yang sedang melukis dengan bersemangat. Di latar belakang, terlihat siluet gunung dan bintang-bintang yang bersinar cerah, memberikan nuansa magis pada suasana malam.

**Roh yang Mengalir di Sungai Lava**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *