ID Times

situs berita dan bacaan harian

Penjaga Batuan Purba

Di sebuah desa kecil bernama Kertawangi, di tengah hutan rimbun yang menyimpan misteri dan keindahan, terdapat sebuah batu besar yang disebut ‘Batu Purba’. Batu itu sudah ada sejak ribuan tahun lalu, dan menurut legenda yang beredar, di dalamnya terkandung kekuatan luar biasa yang mampu menjaga keseimbangan alam.

Konon, batu tersebut dijaga oleh seorang pria tua bernama Ki Wira. Ki Wira adalah seseorang yang sangat dihormati oleh penduduk desa. Dengan janggut putih yang panjang dan matanya yang selalu berbinar, ia diketahui memiliki keterikatan yang kuat dengan alam dan semua makhluk hidup di sekitarnya. Ki Wira memiliki pengetahuan yang mendalam tentang tanaman obat, dan sering membantu penduduk desa saat mereka sakit atau membutuhkan bantuan.

Suatu malam, di tengah heningnya malam, desa Kertawangi digemparkan oleh suara raungan binatang buas yang tak biasanya. Penduduk desa merasa cemas, dan segera berkumpul untuk mendiskusikan apa yang terjadi. Mereka mengira bahwa suara itu berasal dari hutan terlarang di sebelah utara desa, di mana banyak cerita menyeramkan tentang makhluk-makhluk jahat yang bersembunyi di sana.

“Ki Wira!” Seru seorang pemuda bernama Rudi, yang sangat mengagumi Ki Wira. “Apa yang harus kita lakukan? Suara itu benar-benar menakutkan!”

Ki Wira menatap Rudi dengan tenang. “Kita tidak bisa membiarkan ketakutan menguasai kita. Kita harus menyelidikinya, dan jika ada bahaya yang mengancam, kita harus melindungi Batu Purba.”

Mendengar keputusan Ki Wira, penduduk desa merasa bersemangat dan siap untuk mengikuti sang penjaga menuju hutan. Dalam keremangan malam, mereka berjalan beriringan, mengikuti Ki Wira yang memandu jalan dengan terang dari lampu minyak di tangannya.

Sesampainya di pinggir hutan, semua penduduk berhenti sejenak. Ki Wira memejamkan mata dan membiarkan suara malam mengisi pendengarannya. Ia bisa merasakan getaran yang tidak biasa, yang menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tidak beres di dalam hutan. Tak lama, mereka berhenti di depan gua besar yang gelap. Di sanalah suara raungan itu berasal.

“Dari sini kita harus berhati-hati,” kata Ki Wira dengan suara yang dalam. “Batu Purba adalah sumber keseimbangan alam kita. Jika ada yang merusak batu itu, bencana akan menimpa desa kita.”

Dengan berani, Rudi mengangkat lampu dan memasuki gua. Di dalamnya, suasana semakin mencekam. Suara raungan semakin keras, dan mereka bisa merasakan getaran tanah di bawah kaki mereka. Akhirnya, di bagian dalam gua, mereka menemukan seekor raksasa berwarna hitam pekat yang terluka parah, terjebak di antara batu-batu besar. Mata raksasa itu berkilauan dalam kegelapan, menunjukkan rasa kesakitan dan kebingungan.

“Dia bukan makhluk jahat,” bisik Ki Wira. “Dia terluka dan butuh bantuan. Kita harus menyelamatkannya.”

Namun, penduduk desa terlihat ragu. Mereka tidak terbiasa berurusan dengan makhluk sebesar itu. “Tapi dia bisa saja menyerang kita!” sahut salah satu warga.

Mendengar kata-kata itu, Ki Wira mengangkat tangan, meminta semuanya untuk tenang. “Setiap makhluk hidup memiliki perannya masing-masing di alam. Jika kita bisa membantu makhluk ini, mungkin ia akan berterima kasih dan melindungi kita.”

Dengan kelembutan, Ki Wira mendekati raksasa itu. Ia berbicara lembut agar makhluk itu tidak semakin panik. “Tenang, sahabatku. Kami di sini untuk membantu.”

Raksasa itu mendengarkan suara Ki Wira, dan perlahan-lahan tampak tenang. Dengan hati-hati, Ki Wira mulai memeriksa luka-lukanya dan menemukan beberapa serpihan batu yang menyakitkan. Dengan barang-barang herbalnya, ia mulai merawat raksasa itu, sementara penduduk desa melihat dengan rasa ingin tahu dan kekhawatiran.

Setelah beberapa waktu, luka-luka di tubuh raksasa mulai pulih. Raksasa itu memberikan suara lembut, seolah berterima kasih kepada Ki Wira. Ia kemudian dengan lembut mengangkat tubuh Ki Wira dan memasukkan pria tua itu ke dalam telapak tangannya. Ki Wira tersenyum, dan ketika ia kembali ke tanah, ia memberi isyarat kepada penduduk desa untuk tidak takut.

“Dia adalah Penjaga Alam yang terluka. Selama ini, ia menjaga keseimbangan di sekitar kita, namun karena luka yang dideritanya, kekuatan alam kita menjadi terganggu. Kita perlu membantu agar dia sembuh sepenuhnya.”

Secara bersamaan, penduduk desa mulai bekerja sama. Mereka membawa air, makanan, dan berbagai herbal untuk raksasa tersebut. Dalam proses tersebut, mereka merasakan keterikatan yang kuat dengan makhluk itu dan memahami bahwa itulah bagian dari alam yang selalu mereka abaikan. Proses penyembuhan berlangsung selama beberapa hari, dan selama itu, penduduk desa belajar banyak tentang kehidupan di hutan dan pentingnya menjaga keseimbangan.

Suatu pagi, ketika matahari terbit, raksasa itu telah sembuh sepenuhnya. Dia berdiri tinggi, dan dengan suara yang menggelegar, ia mengucapkan terima kasih kepada Ki Wira dan penduduk desa. “Kalian telah menyelamatkan aku. Sekarang, saatnya aku melindungi desa kalian. Batu Purba akan aman, dan aku akan menjaga keseimbangan alam.”

Sejak saat itu, raksasa itu menjadi penjaga desa Kertawangi. Ia sering terlihat berpatroli di sekitar hutan, melindungi mereka dari segala ancaman. Penduduk desa, sedikit demi sedikit, mulai mengubah cara pandang mereka terhadap kehidupan dan alam. Mereka belajar untuk tidak merusak hutan dan selalu menjaga hubungan harmonis dengan semua makhluk hidup.

Ki Wira menjadi lebih dekat dengan semua penduduk, mengajarkan mereka nilai-nilai alam dan tentang cara untuk hidup berdampingan dengan baik. Dengan begitu, kehidupan di desa Kertawangi semakin sejahtera, dan Batu Purba tetap berdiri tegak, menjadi simbol dari kekuatan dan keseimbangan yang dijaga oleh raksasa dan Ki Wira.

Berita tentang desa Kertawangi dan kisah Penjaga Batuan Purba menyebar ke mana-mana, menginspirasi banyak desa lainnya untuk menjaga hubungan mereka dengan alam. Rudi, yang sebelumnya takut, kini menjadi pemimpin muda desa yang memperjuangkan lingkungan dan melawan segala bentuk kerusakan yang dapat memperburuk keseimbangan alam.

Hari berganti hari, bulan berganti tahun, dan Kertawangi tetap menjadi desa yang damai. Ki Wira, meski usianya semakin lanjut, tetap menjadi inti dari kehidupan desa. Ia mengajarkan generasi muda untuk mencintai dan menghormati alam, serta betapa pentingnya menjaga harmoni dengan semua ciptaan.

Dan di tengah desa, Batu Purba terus berdiri, menjadi saksi bisu dari kisah yang luar biasa ini—sebuah pengingat bahwa ketika kita saling mendukung dan menjaga satu sama lain, kita semua berperan sebagai penjaga bumi ini.

### Image Description
Ilustrasi yang menggambarkan suasana malam di desa Kertawangi, dengan Ki Wira dan penduduk desa berkumpul di sekitar Batu Purba yang besar. Di latar belakang terlihat hutan rimbun dengan cahaya remang-remang dari lampu minyak yang dibawa oleh penduduk. Raksasa berwarna hitam pekat terlihat tenang di depan Ki Wira, yang sedang merawatnya dengan lembut. Ekspresi damai terpancar di wajah mereka semua, mencerminkan sinergi antara manusia dan alam.

### Penjaga Batuan Purba

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *