ID Times

situs berita dan bacaan harian

Makhluk dari Mata Air Tersembunyi

Di dalam hutan lebat yang terletak di ujung desa Jatiwarna, terdapat sebuah mata air yang tersimpan rapi di balik deretan pepohonan tinggi. Mata air itu tidak hanya terkenal kerana kejernihan airnya, tetapi juga karena legenda yang menyelimuti keberadaannya. Banyak warga desa menganggapnya sebagai tempat sakral, yang dijaga oleh makhluk misterius. Hanya sedikit yang berani mendekatinya, karena konon, siapa pun yang berharap terlalu banyak di sana akan mendapatkan sebuah konsekuensi dari makhluk tersebut.

Alya, seorang gadis berumur dua puluh tahun, tumbuh besar di desa tersebut. Sejak kecil, ia sering mendengar cerita-cerita fantastis dari neneknya tentang makhluk yang menjaga mata air. Neneknya bercerita bahwa makhluk itu berbentuk seperti manusia, tetapi memiliki kulit yang berkilau seperti air dan rambut yang panjang mengalir seperti aliran sungai. Setiap kali orang berusaha mengambil air dari mata air itu tanpa izin, makhluk tersebut hadir, memberikannya pelajaran berharga.

Suatu hari, rasa penasaran Alya memuncak. Dia merasa penasaran ingin melihat makhluk itu dan merasakan keajaiban yang diceritakan oleh neneknya. Dengan menyediakan bekal secukupnya, Alya pun berangkat menuju mata air. Perjalanannya tidak mudah, harus melewati jalan setapak yang sempit dan terhadang akar-akar pohon yang menjulang. Setelah berjam-jam berjalan, akhirnya Alya tiba di lokasi yang dimaksud.

Sesuatu yang luar biasa menyambutnya saat dia tiba. Air di mata air tersebut berkilau dengan warna biru kehijauan yang menakjubkan. Alya tidak bisa menahan diri untuk tidak mendekati air itu. Setiap tetesnya tampak hidup, seakan-akan dipenuhi energi yang menenangkan. Ia berjongkok, menyentuh air tersebut, dan merasakan kelembutan dari aliran yang menderas. Namun, meski hatinya berdebar-debar, ia berusaha tidak memikirkan legenda menakutkan yang mengelilingi tempat itu.

Hanya dalam sekejap, Alya terpesona. Dalam benaknya, ia menginginkan berbagai hal—kebahagiaan, kesuksesan, dan cinta sejati. Saat ketiga harapannya meluncur bersama air yang mengalir, Alya merasakan angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya. Tiba-tiba, di tengah ketenangan itu, suara lembut mengalun, seakan menggema dari dalam hati air itu.

“Siapa yang mendengar panggilanku?” suara itu berbisik, dan Alya merasakan sesuatu yang indah namun menakutkan. Dia merasakan ada yang mengawasi, dan jantungnya berdenyut kencang. Tak jauh dari tempatnya, muncul bayangan sosok anggun, dengan kulit bercahaya dan rambut yang mengalir bak air terjun. Makhluk itu terlihat menjulang dan menawan.

“Siapa kau?” tanya Alya, berusaha menahan rasa gentar.

“Aku adalah Nira, penjaga mata air ini,” jawab makhluk itu dengan suara yang lembut, namun penuh wibawa. “Apa yang kau inginkan, Wahai Pengembara?”

Alya tertegun. Dia tidak pernah membayangkan bahwa makhluk yang dijaga selama ini akan muncul di hadapannya. Dalam keadaan bingung, ia langsung bercerita tentang harapan-harapannya yang menggebu. Nira mendengarkan dengan seksama, tetapi ketika Alya selesai, Nira hanya tersenyum.

“Setiap harapan ada konsekuensinya. Apa kau siap menerima apa pun yang datang padamu setelah ini?” tanya Nira.

Alya terdiam, merenungkan pertanyaannya. Dia sadar bahwa setiap keinginan yang tulus pasti ada resikonya. Namun, kegembiraan dalam hatinya membuatnya mengangguk mantap, “Ya, aku siap.”

Nira melambaikan tangannya, dan air di mata air itu berkilau semakin terang. Dalam sekejap, harapan Alya meluncur ke udara dan menghilang ke angkasa. Dia merasa seolah-olah dibawa ke dalam dunia lain, sebuah dunia di mana semua keinginannya mungkin saja menjadi nyata. Rasa bahagia menyelimuti hatinya, namun saat itu juga, sebuah perasaan cemas mulai menggelayuti pikirannya.

Hampir sebulan berlalu setelah pertemuannya dengan Nira, Alya merasa hidupnya mulai berubah. Dia mendapatkan pekerjaan impian di kota, cintanya hadir dalam bentuk sosok yang selalu dia nantikan, dan semua yang diinginkannya tampak terwujud. Namun, juga bersamaan dengan itu, berbagai tantangan mulai menghampirinya. Pekerjaan yang dia jalani membuatnya terasing dari teman-teman lamanya, dan cinta yang dicita-citakan mulai membawa beban yang berat dalam hatinya.

Satu per satu, sesuai dengan harapan yang diberikannya, Alya merasakan kehilangan dalam hidupnya. Suatu malam, di tengah kesedihan, dia memutuskan untuk kembali menemui Nira, mencari jawaban atas apa yang salah. Dengan langkah cepat, Alya kembali ke mata air. Saat ia tiba, air itu tampak lebih gelap dari sebelumnya. Bayangan ruangan yang menakutkan menyelimuti suasana.

“Nira!” panggilnya dengan suara bergetar.

Makhluk itu muncul, wajahnya tidak lagi secerah sebelumnya. “Kau datang kembali, Wahai Pengembara. Apa yang kau inginkan?”

“Aku ingin mengembalikan semua ini. Semua harapanku terasa membebani, dan aku ingin hidupku seperti semula!” jerit Alya penuh kesedihan.

Nira melihatnya dengan mata yang memancarkan kedalaman yang tak terukur. “Ingatlah, setiap harapan ada harganya, dan harganya bisa menjadi lebih dari yang kau sanggup bayangkan.”

“Aku mengerti,” kata Alya, “tetapi aku tidak ingin membayar harganya lagi. Aku kenal hidupku sendiri, dan itu sudah cukup untukku.”

Nira tersenyum lemah. “Kalau begitu kembalilah kepada hidupmu yang baru. Apa pun yang kau inginkan tidak akan langsung datang. Hal-hal baik memerlukan waktu dan usaha. Hargailah itu.”

Dengan pemahaman baru, Alya pergi dari tempat itu dengan hati yang lebih tenang. Dia menyadari bahwa kebahagiaan bukan hanya tentang mendapatkan yang diinginkan, melainkan juga tentang menghargai apa yang sudah dimiliki. Bertahun-tahun kemudian, Alya tidak pernah lagi meragukan makhluk dari mata air yang terpendam. Ia menghargai perjalanannya dan semua pelajaran yang dipetik dari hidup.

Desa Jatiwarna tetap menyimpan cerita tentang Nira. Legenda akan makhluk tersebut menyebar ke generasi ke generasi. Namun bagi Alya, kisah itu lebih dari sekadar dongeng. Itu adalah pengalaman hidup yang membentuknya menjadi pribadi yang lebih bijaksana.

**Deskripsi Gambar untuk Artikel:**
Sebuah gambar yang menunjukkan sebuah mata air yang jernih di tengah hutan lebat. Di sekelilingnya terdapat pohon-pohon tinggi yang menjulang dan cahaya matahari menyinari permukaan air. Di sisi mata air terlihat sosok makhluk anggun dengan kulit bercahaya dan rambut panjang yang mengalir, menggambarkan keindahan dan misteri Nira, penjaga mata air. Suasana hutan yang tenang dan magis menambah kesan mistis pada gambar tersebut.

**Makhluk dari Mata Air Tersembunyi**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *