ID Times

situs berita dan bacaan harian

Makhluk dari Planet yang Tenggelam dalam Kegelapan

Di sudut galaksi yang jauh, tersembunyi sebuah planet bernama Noxterra. Planet ini terkenal di kalangan para astronom sebagai “planet yang tenggelam dalam kegelapan.” Tidak ada cahaya matahari yang menyinari permukaan Noxterra; langitnya selalu diliputi awan hitam pekat, dan hanya suara gemuruh petir yang bisa mendengar. Semua makhluk di planet ini beradaptasi dengan kegelapan, hidup di dunia yang tidak pernah melihat cahaya.

Di antara makhluk-makhluk yang tinggal di Noxterra adalah seorang pemuda bernama Nol. Nol memiliki kulit yang hitam legam, seolah-olah menyatu dengan kegelapan di sekelilingnya. Matanya bercahaya biru terang, mampu menembus malam yang pekat. Nol adalah bagian dari suku Luminara, yang dikenal sebagai penjaga cahaya dalam kegelapan. Meski tidak ada cahaya di planetnya, suku ini percaya bahwa suatu hari cahaya akan kembali, membawa harapan bagi semua makhluk.

Suatu malam, ketika Nol sedang menjelajahi hutan gelap, ia mendengar bisikan lembut yang memanggil namanya. Ia mengikuti suara itu, mengabaikan rasa takut yang menggerogoti hatinya. Semakin dalam Nol menjelajahi hutan, semakin jelas suara itu. Akhirnya, ia tiba di sebuah lembah yang dipenuhi dengan lumut bercahaya. Di tengah lembah itu, berdiri seorang gadis berambut perak, dikelilingi cahaya-biru lembut.

“Siapa kau?” tanya Nol, terpesona oleh keindahan makhluk di hadapannya.

“Aku Lyra, makhluk dari dimensi lain,” jawabnya dengan lembut. “Aku datang untuk memberi petunjuk pada umat manusia di Noxterra.”

Nol terkejut. Ia tidak pernah mendengar tentang makhluk dari dimensi lain sebelumnya. “Apa maksudmu? Apa yang bisa kau berikan padaku?”

Lyra tersenyum, dan cahaya birunya semakin bersinar. “Kegelapan bukanlah akhir dari semuanya. Aku membawa pesan bahwa sebuah cahaya akan segera muncul. Namun, untuk menemukannya, kau harus mengikuti petunjuk yang aku berikan.”

Dengan tekad yang bulat, Nol setuju untuk ikut serta dalam pencarian itu. Lyra mengajak Nol untuk melintasi hutan yang gelap, menuju ke Gunung Nihil, sebuah gunung yang dianggap suci oleh suku Luminara. Konon, gunung tersebut menyimpan rahasia cahaya yang hilang.

Dalam perjalanan mereka, Nol dan Lyra menghadapi berbagai rintangan. Di tengah jalannya, mereka diserang oleh mahluk malam yang kelaparan, yang dikenal sebagai Drakmor. Makhluk ini adalah predator ganas yang dapat mencium ketakutan. Namun, dengan keberanian dan kecerdasan Nol, mereka berhasil menghindari serangan itu. Nol belajar untuk memanfaatkan keterampilan bertahan hidupnya, mengingat pelajaran yang diberikan oleh para tetua di sukunya.

Setelah berhari-hari berjalan, mereka sampai di kaki Gunung Nihil. Puncak gunung itu tertutup awan gelap yang berat, dan suara gemuruh dapat terdengar semakin dekat. Dengan tekad, Nol dan Lyra mulai mendaki. Namun, di tengah perjalanan, mereka menghadapi badai yang dahsyat. Angin mengamuk, dan kilat menyambar-nyambar di sekitar mereka.

“Kita tidak boleh menyerah, Nol!” teriak Lyra, meskipun suaranya hampir tidak terdengar di tengah suara badai.

Dengan penuh semangat, Nol melanjutkan pendakian, menggunakan cahaya biru dari mata Lyra sebagai panduan. Setelah berjam-jam berjuang, mereka akhirnya mencapai puncak Gunung Nihil. Di sana, mereka menemukan sebuah gua yang terpencar dengan cahaya-cahaya aneh berwarna-warni, jauh berbeda dari kehidupan yang mereka kenal.

Di dalam gua, terdapat sebuah batu besar bercahaya dengan pola yang rumit. Lyra mendekati batu itu, menelusuri garis-garisnya dengan lembut. “Inilah sumber cahaya yang hilang,” ujarnya. “Cahaya ini memiliki kekuatan untuk mengubah Noxterra, memberikan harapan dan kehidupan.”

Namun, sebelum mereka bisa menyentuh batu itu, suara menggelegar menggema di seluruh gua. “Siapa yang berani mengganggu kedamaian kegelapan?” tanya suara itu. Dari kegelapan, muncul sosok besar, Drakmor, makhluk yang mereka temui sebelumnya. Kini, ia lebih besar dan lebih ganas dari sebelumnya.

Nol merasakan ketakutan menjalar di tubuhnya. Namun, dengan keberanian yang terbangun, ia melangkah maju, berhadapan langsung dengan makhluk itu. “Kami tidak datang untuk merusak kedamaian. Kami datang untuk membawa cahaya yang hilang bagi semua makhluk di Noxterra.”

Drakmor terdiam sejenak, kemudian tertawa mengejek. “Cahaya tidak ada tempat dalam kegelapan ini. Cahaya hanya akan membawa kehancuran.”

“Mungkin,” kata Nol, “tapi kegelapan hanya bisa bertahan dalam ketakutan. Jika kita tidak bersatu dan berjuang untuk cahaya, kita akan terus terjebak dalam kehampaan ini.”

Dengan perkataannya, Nol teringat akan ajaran para tetua sukunya, bahwa kekuatan terbesar terletak pada persatuan. Dalam sekejap, ia meraih tangan Lyra dan menatap mata birunya yang berkilau. Mereka bersatu, menyerukan cahaya dari dalam lubuk hati mereka.

Menyadari kekuatan yang mereka miliki, cahaya biru dari mata Lyra mulai bersinar lebih terang. Kemudian, cahaya tersebut menembus kegelapan, membentuk sinar-sinar yang halus menari-nari di udara. Drakmor, terperangah oleh keindahan dan kekuatan cahaya, mundur sejenak, merasakan getaran yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

“Jika kau ingin melawan kegelapan, kau harus mengandalkan cahaya di dalam dirimu sendiri,” Nol berteriak. “Cahaya dan kegelapan adalah bagian dari hidup ini. Keduanya saling melengkapi. Tapi kita memiliki pilihan untuk memilih jalan mana yang ingin kita jalani.”

Akhirnya, Drakmor tertunduk. “Aku tidak bisa melawan cahaya sejati yang kau bawa. Kegelapan telah menguasai hidupku terlalu lama. Mungkin saatnya untuk mengizinkan cahaya masuk.”

Nol, Lyra, dan Drakmor bersama-sama mendekati batu bercahaya. Ketiga makhluk itu, masing-masing dengan kegelapan dan cahaya dalam diri mereka, menyentuh batu dengan harapan dan keinginan untuk perubahan. Sinar gemilang menyebar ke seluruh gua, melepaskan energi yang luar biasa. Gua dan Gunung Nihil bergetar, dan dari dalamnya, cahaya mulai menyebar ke seluruh penjuru Noxterra.

Kegelapan yang menyelimuti planet itu mulai pudar. Nol menyaksikan seluruh Noxterra berubah; hutan-hutan yang gelap menjadi berwarna cerah, bunga-bunga yang bercahaya bermekaran di mana-mana, dan makhluk-makhluk lain mulai membangkit dan keluar dari persembunyian mereka. Mereka semua bersatu, menikmati keindahan baru yang dibawa oleh cahaya.

“Terima kasih, Nol. Kau telah memberikan harapan baru untuk semua makhluk di Noxterra,” kata Lyra. “Sekarang kita bisa hidup dalam harmoni, kegelapan dan cahaya.”

Nol, yang sebelumnya meragukan diri, kini merasa bangga dan puas. Dalam perjalanan ini, ia tidak hanya menemukan cahaya, tetapi juga artinya. Kegelapan tidaklah selamanya. Dalam diri setiap makhluk, ada kekuatan untuk menciptakan cahaya; dan ketika mereka bersatu, tidak ada kegelapan yang dapat menghalangi mereka.

Sejak saat itu, Noxterra dikenal sebagai “Planet Cahaya,” tempat di mana segala sesuatu dapat bersinar, bahkan dalam kegelapan sekalipun. Setiap malam, saat bintang-bintang mulai muncul, Nol dan Lyra mengingat perjalanan mereka, sebuah perjalanan yang mengubah nasib dan membawa harapan baru bagi semua.

**Deskripsi Gambar untuk Artikel:**
Gambar tersebut mengeksplorasi suasana magis di Planet Noxterra yang tenggelam dalam kegelapan, dengan puncak Gunung Nihil di latar belakang. Di tengah gua yang bercahaya, tampak Nol dan Lyra berdiri berdampingan, dikelilingi oleh cahaya biru yang bersinar lembut. Sinar ini menyoroti wajah-wajah mereka yang dipenuhi harapan. Di sisi lain, bayangan Drakmor terlihat menunggu, memberi kesan dramatis dan menegangkan. Di sekelilingnya, dinding gua berkilauan dengan cahaya yang menyebar, menciptakan kontras yang menakjubkan antara kegelapan dan cahaya yang baru ditemukan.

### Makhluk dari Planet yang Tenggelam dalam Kegelapan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *