ID Times

situs berita dan bacaan harian

Roh yang Menghuni Bintang Tua

Di suatu galaksi yang jauh, di antara deretan bintang-bintang yang berkelap-kelip, terdapat sebuah bintang tua bernama Staris. Bintang ini telah berusia miliaran tahun dan terkenal karena cahayanya yang berwarna kuning keemasan. Namun, di balik keindahan tersebut, ada sebuah misteri yang menjadi sayup-sayup terdengar di kalangan para astronom dan penjelajah antariksa.

Di bintang tua ini, konon terdapat sebuah roh yang menghuni cahaya keemasannya; sebuah entitas yang mampu mendengar keluh kesah alam semesta dan merasakan setiap detak jantung kehidupan di planet-planet di sekitarnya. Roh ini dikenal dengan nama Luxera, yang berarti “Cahaya”. Bagi penduduk planet Audrasa yang mengorbit di sekitar Staris, Luxera adalah pelindung mereka, sekaligus penguasa lembah cahaya yang meliputi wilayah planet mereka.

Di Audrasa, terdapat seorang pemuda bernama Rian. Sejak kecil, Rian terpesona oleh cerita-cerita tentang Luxera yang disampaikan oleh neneknya. Ia sering membayangkan bagaimana rasanya bertemu dengan roh itu dan mendengarkan kebijaksanaannya. Namun, seiring bertambahnya usia, rasa ingin tahunya semakin mendalam. Ia tidak hanya ingin mendengar mengenai Luxera, tetapi juga ingin menjelajahi galaksi dan merasakan langsung kehadiran bintang tua tersebut.

Suatu malam, saat bintang-bintang terlihat lebih jelas dari biasanya, Rian memutuskan untuk melakukan perjalanan menuju Bukit Cahaya, tempat di mana orang-orang Audrasa percaya Luxera menampakkan diri. Ia mengenakan jubah tipis dan membawa kantong berisi makanan dan air. Dengan sepatu campirnya, ia menyusuri jalan setapak yang berkelok-kelok di tengah lembah.

“Buku ritual nenek bilang jika kau ingin bertemu Luxera, kau harus mengungkapkan harapanmu dengan tulus,” bisik Rian kepada dirinya sendiri saat ia tiba di puncak bukit.

Di bawah cahaya bulan yang purnama, Rian duduk bersila, menutup matanya, dan merasakan angin lembut menyentuh wajahnya. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas dan mengucapkan kata-kata doanya: “Luxera, roh bintang tua, saya Rian dari Audrasa, ingin mendengar swaramu. Ijinkan aku merasakan hikmah yang kau biaskan kepada kami.”

Tiba-tiba, cahaya kuning keemasan mulai berkumpul di hadapannya dan membentuk sosok yang semakin jelas. Luxera muncul sebagai perempuan anggun dengan rambut panjang yang mengalir seperti cahaya bintang. Matanya berkilauan seolah mengandung seluruh galaksi.

“Rian, apakah kau bersedia mendengarkan cerita yang telah terukir dalam cahaya ini?” suara Luxera lembut dan menenangkan.

Rian terkejut, tetapi rasa ingin tahunya mengalahkan rasa takutnya. “Ya, Luxera. Saya ingin mendengarnya.”

Luxera mengangguk dan mengisyaratkan agar Rian mendekat. Dengan tangannya yang berkilau, ia menyentuh dada Rian dengan lembut. Dalam sekejap, Rian merasakan aliran energi yang begitu kuat, membawa ingatannya meluncur ke masa lalu yang jauh.

Rian melihat gambaran tentang Audrasa beberapa ribu tahun yang lalu, ketika planet itu masih apik dan dihuni oleh para pemikir. Di sana, orang-orang menghargai ilmu pengetahuan dan alam, mempersembahkan persembahan kepada Staris dan Luxera untuk menjaga keseimbangan kehidupan. Namun, seiring berjalannya waktu, keserakahan mulai merasuki jiwa manusia. Mereka mulai menambang kekayaan dari dalam bumi, merusak ekosistem, dan mengabaikan keharmonisan yang pernah ada.

“Dari kegelapan itu, hadir kebangkitan,” kata Luxera, mengalirkan cerita-cerita yang penuh makna. “Generasi baru yang lebih bijak, yang kembali mendengar suara bintang tua. Mereka berjuang untuk memulihkan keharmonisan yang hilang.”

Setelah menyaksikan belasan gambaran yang menakjubkan, Rian kembali ke hadapan Luxera. “Tapi, Luxera, apa yang bisa saya lakukan? Saya hanyalah seorang pemuda biasa.”

“Setiap perjalanan dimulai dengan langkah kecil dan setiap langkah kecil memiliki kekuatan untuk mengubah nasib. Sebarkan pengetahuan dan kesadaran kepada sesamamu. Jaga agar cerita-cerita ini tidak pernah terlupakan,” jawab Luxera lembut.

Rian merasakan beban tanggung jawab di atas bahunya. Ia harus menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, agar generasi mendatang dapat menghargai hubungan yang saling menguntungkan antara manusia dan alam. Dengan semangat yang menyala-nyala, ia berjanji kepada Luxera untuk menjalankan amanah itu.

Tak lama setelah itu, cahaya Luxera mulai memudar. Sebelum hilang sepenuhnya, dia berkata, “Ingatlah, Rian, aku akan selalu berada bersamamu, dalam setiap cahaya yang kau lihat.”

Rian terbangun dari meditasinya. Malam itu, angin berhembus lebih kuat, dan segala hal di sekelilingnya terasa lebih hidup. Hatinya dipenuhi dengan keyakinan baru, dan langkahnya menuju desa terasa lebih ringan. Sesampainya di rumah, dia membagikan cerita pengalamannya kepada warga desa. Banyak yang terpesona, namun beberapa skeptis. Namun semakin hari, semakin banyak penduduk desa yang tertarik dengan pesan yang dibawanya, akan pentingnya menyelamatkan alam dan merawat lingkungan.

Rian dan para pemuda lainnya mengambil inisiatif untuk melakukan pembersihan hutan, menanam pohon, dan mengedukasi anak-anak tentang pentingnya menjaga ekosistem. Mereka mulai dikenal sebagai “Penjaga Cahaya”, yang berkomitmen untuk melestarikan warisan dan menjaga deen (kehidupan) yang seimbang di Audrasa. Misinya tidak hanya tentang pelindungan alam, tetapi juga tentang menjaga hubungan spiritual antara manusia dan alam semesta.

Bertahun-tahun berlalu, bintang tua Staris terus bersinar, dan Rian kini menjadi pemimpin di desanya. Tindakannya berhasil menginspirasi lebih banyak orang, yang mulai menyadari pentingnya akan kehidupan yang berkelanjutan. Terkadang, saat malam tiba dan bintang-bintang berkedip, Rian bisa merasakan kehadiran Luxera mendampinginya, membisikkan kebijaksanaan lembut melalui cahaya bintang.

“Kaulah cahaya, namun cahaya yang paling bercahaya adalah yang datang dari hatimu,” dia mengingat pesan dari Luxera. Pernyataan itu selalu mengingatkannya untuk tidak pernah meremehkan kekuatan individu dalam menyalakan harapan.

Di puncak Bukit Cahaya, sekumpulan suara anak-anak terdengar riang, menggema di bawah langit berbintang. Rian tahu, setiap kegembiraan itu dilahirkan dari pemahaman yang mendalam tentang alam dan tanggung jawab generasi selanjutnya untuk menjaganya. Sebuah langit baru di Audrasa lahir ketika generasi baru terus menjaga warisan Luxera, menghadirkan lebih banyak cahaya bagi dunia.

Malam-malam yang tenang menjadi kawan setia Rian, di mana di dalamnya tersimpan kilau cahaya dari bintang tua Staris. Ia selalu menantikan saat-saat di mana ia kembali menerima pesan dan hikmah baru dari Luxera, merasakan setiap getaran dari alam semesta yang selalu menuntun langkah dan hatinya. Karena ia tahu, cahaya yang terbaik bukan hanya terletak pada bintang tua, tetapi juga pada setiap jiwa yang berani bercahaya dengan kebaikan dan kasih sayang.

**Gambaran Gambar untuk Artikel:**
Ilustrasi bintang tua yang bersinar dengan cahaya kuning keemasan, di mana latar belakangnya adalah langit malam dihiasi bintang-bintang berkelap-kelip. Di bagian depan, seorang pemuda dengan jubah putih duduk bersila di puncak bukit, dikelilingi oleh cahaya lembut dan siluet sosok perempuan anggun yang menyatu dengan sinar bintang, menciptakan nuansa mistis dan penuh harapan.

### Roh yang Menghuni Bintang Tua

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *