ID Times

situs berita dan bacaan harian

Makhluk dari Relung Tersembunyi di Alam Semesta

Di suatu sudut alam semesta yang terlupakan, ada sebuah relung tersembunyi yang bersinar samar di antara galaksi-galaksi yang jauh. Relung ini disebut Nophtara, sebuah dimensi di mana cahaya dan kegelapan saling bertarung dalam sebuah tarian abadi. Di sinilah makhluk-makhluk luar biasa hidup, jauh dari pandangan mata manusia. Mereka terlahir dari mimpi dan ketakutan, mengabadikan sejarah yang tidak pernah terungkap.

Di tengah keheningan Nophtara, terdapat makhluk bernama Zalra. Zalra adalah seorang penjelajah, penasaran akan setiap sudut gelap dan terang di relungnya. Ia memiliki bentuk tubuh yang rotund, dilapisi oleh warna-warni biru, kuning, dan ungu yang berkilauan dalam cahaya redup. Mata Zalra besar, dengan iris yang berputar, seolah terlihat tanpa ujung. Namun, apa yang paling menarik dari dirinya adalah suara lembut yang ia miliki—suara yang bisa mengubah rasa takut menjadi ketenangan.

Suatu malam, saat bulan sabit terbenam, Zalra menyaksikan kedatangan sebuah cahaya aneh dari sisi lain dimensi. Cahaya itu berbentuk seperti pusaran, menari-nari dalam keheningan, memanggil Zalra untuk mendekat. Di dalam hatinya, ia merasakan dorongan yang tak tertahankan untuk menjelajahi lebih dalam, dan dalam sekejap, ia melompat ke arah cahaya itu.

Cahaya membawanya ke tempat yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya—lantai berkilauan dan langit yang dipenuhi bintang-bintang berwarna cerah. Saat melangkah di tempat baru ini, Zalra berjumpa dengan makhluk lain: seorang wanita berambut hitam panjang yang berkilau seperti angkasa malam. Wanita itu memiliki sayap transparan yang bergetar lembut, membuatnya tampak seperti makhluk dewa.

“Aku Lurnia, penjaga cahaya. Selamat datang di Oblivia, relung yang berada di ujung galaksi,” kata wanita itu dengan suara lembut yang bergema di seluruh tempat.

Mendengar kata-kata itu, Zalra merasakan aliran energi yang baru, seolah semua ketakutannya menguap. Dalam perbincangan mereka, Lurnia menceritakan bahwa Oblivia adalah tempat di mana imajinasi manusia berubah menjadi nyata—sebuah cermin dari segala keinginan dan harapan yang terpendam. Namun, ada satu persoalan besar: cahaya yang mengalir dari Nophtara ke Oblivia mulai meredup, dan jika tidak ada yang dilakukan, Oblivia akan hilang dalam kekosongan.

Zalra, yang selalu mencintai petualangan, langsung tergerak untuk membantu. “Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya penuh semangat.

Lurnia menjelaskan bahwa untuk mengembalikan cahaya ke Oblivia, mereka perlu menemukan tiga sumber cahaya yang tersebar di relung-relung yang berbeda di Oblivia: Cahaya Harapan, Cahaya Kebebasan, dan Cahaya Cinta. Ketiga sumber cahaya ini yang menjaga keseimbangan seluruh dimensi.

Petualangan mereka dimulai. Dalam perjalanan pertama menuju Cahaya Harapan, mereka menavigasi hutan hujan yang berkilau dengan warna-warni cerah. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan makhluk aneh berbentuk seperti kucing tetapi memiliki sayap besar. Makhluk itu tampak ketakutan dan bingung.

“Siapa kamu?” tanya Lurnia lembut.

“Aku Kairo,” jawabnya dengan suara bergetar. “Aku tersesat dan tidak bisa menemukan jalan pulang.”

Zalra melihat ke dalam mata Kairo yang penuh rasa takut. “Kami bisa membantumu. Apakah kamu tahu di mana Cahaya Harapan berada?”

Kairo mengangguk, terlihat bersemangat. “Aku tahu! Ayo ikuti aku!”

Bersama-sama, mereka mengikuti Kairo. Setelah berjalan cukup jauh, mereka sampai di sebuah gua besar yang dihiasi dengan kristal berkilau. Di dalamnya, mereka menemukan Cahaya Harapan, yang terlihat seperti bola energi yang bergetar, memancarkan warna hijau cerah.

Cahaya itu mengangkat semangat mereka, dan Zalra merasa beban di hatinya pelan-pelan menghilang. Kairo, dengan sayapnya yang lebar, melompat untuk menangkap Cahaya Harapan dan membawanya kembali ke tempat yang seharusnya.

Setelah berhasil, mereka melanjutkan perjalanan ke pencarian berikutnya, Cahaya Kebebasan. Dalam perjalanan ini, mereka harus melintasi padang luas dengan rumput tinggi yang berbisik dalam angin. Di sini, mereka bertemu dengan makhluk yang terikat dalam rantai, terlihat lemah dan putus asa. Rantai itu terbuat dari kegelapan, yang menghalangi makhluk itu untuk terbang bebas.

Zalra merasa sakit melihat makhluk itu terkurung. “Mari kita bantu dia!” seru Zalra bersemangat.

Lurnia mengangguk dan bersama-sama mereka berusaha memecahkan rantai itu, menggunakan Cahaya Harapan yang masih bersinar terang. Ketika rantai itu putus, makhluk itu segera merentangkan sayapnya dan terbang ke langit, meraih Cahaya Kebebasan yang terbang di atas padang.

Cahaya itu memancarkan sinar yang luar biasa, mengisi langit dengan warna-warna cerah dan penuh harapan. Saat makhluk itu kembali ke posisi awal, Zalra, Lurnia, dan Kairo bertepuk tangan, merayakan keberhasilan mereka.

Akhirnya, mereka menuju pencarian terakhir, Cahaya Cinta. Dalam perjalanan ini, mereka menemukan banyak penghalang—perasaan cemburu, kebencian, dan ketidakpastian. Namun, dengan dukungan satu sama lain, mereka berhasil melewati semua rintangan.

Ketika mereka mencapai titik tujuan, mereka menemukan Cahaya Cinta berada di tengah sebuah taman yang indah, dikelilingi oleh bunga-bunga berwarna-warni. Makhluk-makhluk lain berkumpul di sekitar cahaya itu, menari, dan bernyanyi. Saat Zalra dan yang lainnya mendekat, Cahaya Cinta menyambut mereka dengan hangat, membuat hati mereka berdebar.

Penjaga taman itu, seorang makhluk kecil dengan badan bundar dan ekor bercahaya, merasa lega melihat mereka. “Kalian telah datang untuk mengambil Cahaya Cinta! Selama ini, kasih yang hilang akan menyelamatkan Oblivia!”

Dengan hati berdebar, Zalra meraih Cahaya Cinta dan membawanya pulang bersama Lurnia dan Kairo. Saat mereka kembali ke Nophtara, cahaya yang mereka bawa bersinar terang, mengisi setiap sudut relung dengan harapan, cinta, dan kebebasan.

Oblivia dan Nophtara kini bersinar lebih terang dari sebelumnya. Makhluk-makhluk di sana berpesta, merayakan kehidupan baru yang penuh harapan. Zalra merasa bangga dan bahagia; petualangannya tidak hanya menyelamatkan sebuah dimensi, tetapi juga mempererat ikatan persahabatan mereka.

Hari itu, Zalra mengajari dirinya bahwa keberanian dan cinta adalah cahaya terkuat di alam semesta, sesuatu yang tidak bisa dipadamkan oleh kegelapan. Ia percaya, dimanapun mereka berada, cahaya itu akan selalu ada, bersinar dalam relung-relung tersembunyi yang menunggu untuk ditemukan.

**Deskripsi Gambar untuk Artikel:**

Gambar menunjukkan suasana mistis di relung Nophtara dengan Zalra di tengahnya, dikelilingi oleh cahaya berwarna-warni dan makhluk-makhluk ajaib. Lurnia terbang dengan sayap transparan di sampingnya, sementara Kairo berdiri dengan sayap terbuka lebar di latar belakang. Langit yang berkelap-kelip penuh bintang berwarna dan nuansa magis mendominasi pemandangan, menciptakan suasana petualangan yang memikat.

**Cerita Pendek: Makhluk dari Relung Tersembunyi di Alam Semesta**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *